MegapolitanMetroNasionalRagamSosial

Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan Bahas Tantangan dan Peluang Bagi Dunia Pendidikan di Era New Normal

BeritaNasional.ID, Jakarta – Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan menyelenggarakan Webinar Series bertema “Pelaksanaan Pendidikan di Era New Normal” pada hari Kamis (17/6/2020). Kegiatan ini menghadirkan narasumber Agus Mulyana dari Universitas Pendidikan Indonesia, Kepala Bidang Pendidikan NU Circle Ahmad Rizali, dan Komisioner KPAI Retno Listyarti.

Narasumber Agus Mulyana menyampaikan banyak terjadi perubahan dalam proses pembelajaran di masa belum meredanya Covid-19. Misalnya saja, sistem pembelajaran menggunakan sistem online melalui platform media Google Classroom, Zoom, Google Meeting Room, Webec, video call, Whatsapp, dsb.

“Sistem pembelajaran secara online sudah dilaksanakan selama 3 bulan ini, memiliki banyak kekurangan. Sesama siswa tidak bertemu secara langsung berimbas sosialisasi antar siswa menjadi hilang. Lingkungan belajar secara fisik dan sosial juga berubah. Nilai-nilai sosial siswa menjadi berkurang yang terbentuk melalui interaksi langsung antar teman siswa. Begitu pula penanaman nilai dari guru semakin berkurang. Ini terjadi karena ketergantungan kepada mesin,” ulas Agus Mulyana.

Guru dan siswa tidak saling bertatap muka secara langsung. Sistem Work From Home (WFH) dilakukan sehingga guru mengajar dari rumah sedang peserta didik juga tinggal di rumah masing-masing. Physical distance diberlakukan sesuai protokol kesehatan dalam arti tidak adanya kontak fisik secara langsung.

Kenormalan baru memberikan tantangan diperlukan proses adaptasi, dipastikan ancaman Covid-19 masih belum mereda. Adaptasi dilakukan yakni lingkungan fisik maupun sosial budaya. Protokol kesehatan tetap diberlakukan dalam kehidupan sehari- hari. Dalam konteks pembelajaran guru, siswa termasuk orang tua harus mengubah mindset tentang belajar bukan hanya sekolah tetapi belajar di mana saja dan kapan saja. Kerjasama yang sangat intens diperlukan antara sekolah dengan orang tua dalam pelaksanaan pembelajaran. Sekolah harus mempersiapkan berbagai sarana dan prasarana untuk pembelajaran misalnya sarana dan prasarana untuk protokol Covid 19.

“Yang paling penting kurikulum bersifat fleksibel menyesuaikan situasi kondisi. Guru harus kreatif dengan mengembangkan berbagai pendekatan dan metode pembelajaran. Guru memiliki kemampuan literasi teknologi digital dengan dukungan teknologi bukan tergantung pada materi yang ada di google. Pendekatan pembelajaran berubah dari Ekspository Learning ke Inqury Learning. Dalam pendekatan inquiry learning siswa dituntut untuk mencari berbagai sumber informasi materi pembelajaran.

Sedangkan Ahmad Rizali dari NU Circle mengemukakan kebijakan pendidikan era kenormalan baru merupakan sistem pendidikan yang mendorong sekolah mampu mendidik peserta didik menguasai nalar kritis dan kreatif dan sikap kolaboratif dan komunikatif.

Dalam kondisi ini maka, sistem pendidikan harus mengalami perubahan dari berbagai aspek. Pendidikan Guru Sekolah Dasar / Madrasah Ibtidaiyah harus direvitalisasi hal mana selama ini kaya akan knowledge dalam sistem pembelajaran kemudian beralih ke knowhow dalam pengajaran. Sekolah selama ini fokus ke askes dan fokus ke guru mata pelajaran. Perlu adanya transisi ke kualitas sekolah dan guru kelas. Kreatifitas guru dituntut sehingga tepat guna di kelas. Begitu pula mindset sekolah yang tidak terbatas, fleksibel dan dimensi jamak. Pembelajaran yang lebih rileks dan menganggap perjuangan menguasai pelajaran adalah kewajaran. Peserta didik juga harus memiliki pola pikir growth mindset potensi manusia tanpa batasan usia dan bakat.

Dalam kesempatan ini, Efriza, Direktur Ekskutif Pusat Studi Kemanusiaan dan Pembangunan (PSKP) memberikan kesimpulan atas pemaparan narasumber, bahwa sudah seharusnya Pemerintah mempersiapkan kurikulum yang fleksibel, modul pembelajaran sesuai tingkatan pendidikan, termasuk sarana dan prasarana belajar mengajar untuk mendukung pembukaan sekolah di era kenormalan baru.

Apalagi sebagaimana diketahui 80% orang yang dikategorikan sebagai OTG (Orang Tanpa gejala) memiliki potensi menularkan penyakitnya, tegasnya.

Dalam persiapan pembukaan, persiapan harus dilakukan secara berjenjang dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Umum. Kluster pendidikan ini memerlukan pemikiran yang matang mengingat kebutuhan dan kemampuan peserta didik di tingkatan usia masing-masing.

Yang perlu dikhawatirkan saat ini adalah masing-masing Pemerintah Daerah berjalan sendiri- sendiri dalam menerapkan kebijakan di bidang pendidikan. Apalagi masih terdapat kota- kota yang terus mengalami perubahan Zona, misal Surabaya dari Zona Merah kemudian berubah menjadi Zona Hitam. Begitu pula dengan kota-kota lainnya.

Begitu pula dengan penggunaan platform digital yang berbeda-beda, misalnya saja dengan menggunakan google classroom, WA Group, dan Zoom, dl. Hal ini akan mempersulit standar kualitas pembelajaran termasuk penilaian dan evaluasi. Khusus untuk dari pelosok juga terdampak dikarenakan signal internet yang cukup sulit.

Retno Listyarti, M.Si dari Komisioner KPAI menyampaikan menolak dibuka Sekolah untuk saat ini. Kasus yang terinfeksi Covid-19 masih tinggi masih 60%. Ada kekhawatiran anak tertular Covid-19 di perjalanan menuju dan pulang sekolah 47%. Begitu pula persoalan wastafel di sekolah, cuci tangan di toilet dan wastafel sekolah, keterbatasan air dan kebersihan di masing-masing sekolah.  Persoalan sanitasi ini harus segera diselesaikan untuk menuju pembukaan sekolah, sebab ini adalah bagian dari protokol kesehatan. (Rls/Br)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button