CitizenLiterasiOpiniPendidikan

Rendahnya Minat Baca Di Kalangan Remaja

Oleh: Riska Utami *)

Membaca adalah suatu proses kognitif yang bertujuan untuk menggali informasi yang terdapat di dalam tulisan melalui unsur auditif (pendengaran) dan visual (penglihatan). Bisa dikatakan juga bahwa membaca merupakan jendela dunia yang dapat menambah wawasan dan terkadang dapat menghibur bagi para pembacanya.

Membaca juga dapat menambah sumber daya manusia yang mumpuni. Apabila sumber daya manusia suatu bangsa baik, maka bangsa tersebut akan dapat bersaing atau berkembang di kemudian hari. Namun, permasalahan membaca atau literasi di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) yang dirilis oleh Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) pada tahun 2019, mengatakan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-62 dari 70 negara yang disurvei, atau menduduki posisi delapan terbawah –sedangkan tingkat literasi tertinggi di dunia menurut survei dipegang oleh negara Finlandia. Bahkan, pada tahun 2011 UNESCO menyebutkan bahwa hanya ada satu dari seribu masyarakat Indonesia yang menyukai kegiatan membaca.

Sebuah fakta yang memilukan bagi kita karena pemerintah sendiri menargetkan bahwa Indonesia akan menjadi negara yang memiliki sumber daya manusia yang mumpuni atau menuju Indonesia generasi emas di tahun 2045. Padahal, literasi membaca yang baik merupakan salah satu aspek agar terbentuknya sumber daya manusia yang mumpuni selain karakter dan kompetensi. Ada satu pandangan penyebab masyarakat Indonesia tidak terlalu menyukai membaca adalah karena masyarakat Indonesia masih berada dalam masa transisi budaya lisan ke budaya tulisan. Penyampaian informasi melalui lisan (percakapan) di lingkup masyarakat masih terasa dominan ketimbang melalui tulisan (bacaan).

Pemerintah sendiri telah melakukan upaya agar tingkat minat baca masyarakat Indonesia dapat membaik. Salah satu upayanya adalah menerapkan budaya literasi di sekolah. Budaya literasi sekolah adalah kegiatan di mana para pelajar mengisi waktu 15 menit sebelum belajar dengan membaca, seperti membaca novel, majalah, artikel, dan lain sebagainya. Ada pun program pemerintah baru-baru ini melalui Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) tengah merancang kegiatan “Peta Jalan Pembudayaan Literasi Indonesia”.

 

Didik Suhardi sebagai Deputi Bidang Koordinasi Revolusi Mental, Pemajuan Budaya, dan Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenko PMK mengatakan, bahwa program Peta Jalan Pembudayaan Literasi akan menjadi acuan bagi lembaga kementerian, komunitas, serta lembaga swadaya masyarakat terkait untuk menyukseskan program pembudayaan literasi ini. Sedangkan, untuk sasaran terhadap program Peta Jalan Pembudayaan Literasi Indonesia yakni dimulai dari pembudayaan literasi keluarga, pembudayaan literasi sekolah, pembudayaan literasi perguruan tinggi, dan pembudayaan literasi masyarakat. Selain untuk menambahkan tingkat minat baca di masyarakat Indonesia, program Pembudayaan Literasi ini sangat penting demi mewujudkan sumber daya manusia yang unggul, yang akan membuat bangsa Indonesia maju di 2045 sesuai apa yang pemerintah rencanakan.

Penulis sendiri merasa bahwa kalangan muda akan merasa keren apabila mengikuti arus trend yang berlaku. Hal ini dapat menjadi acuan bagi kalangan akademisi atau pemerhati tingkat literasi agar membentuk sebuah trend membaca di kalangan pemuda Indonesia, seperti membuat tantangan membaca satu buku perbulan dan diposting di akun media sosial dengan men-tag teman-teman di media sosialnya untuk mengikuti membaca satu buku perbulan. Menurut penulis, ide membuat trend membaca di kalangan pemuda dapat efektif karena dari pendekatan terhadap pemuda-pemuda yang mengikuti arus zaman, serta efek psikologis terhadap yang mengikuti trend membaca akan merasakan jati dirinya keren. Setelah itu, mungkin pemerintah dapat menyediakan ruang diskusi terbuka di lingkungan masyarakat.

Dikarenakan pentingnya membaca bagi perkembangan diri atau bahkan suatu bangsa, memang diperlukannya kebijakan efektif untuk menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memerhatikan pertumbuhan minat membaca masyarakat Indonesia dengan program-program yang inovatif. Sedangkan, untuk kalangan akademisi atau pemerhati literasi juga harus membantu program pemerintah agar dapat menyosialisasikan betapa pentingnya membaca kepada masyarakat Indonesia. Dengan demikian, hal-hal tersebut diharapkan dapat menumbuhkan minat baca masyarakat Indonesia demi tercapainya sumber daya manusia yang mumpuni untuk menuju generasi emas Indonesia di tahun 2045. (*)

*) Penulis adalah Mahasiswi pada Program studi Sastra Indonesia – Universitas Pamulang 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button