ACEH

Tanggapi Isu Warga Jalankan isolasi di Hutan Jalin, Eka Riskina: Pemkab Harus Bertanggungjawab

 

Beritanasional.Id, Kota Jantho – Eka Rizkina, Anggota DPRK Aceh Besar, mendesak Pemkab Aceh Besar agar segera bertindak dan mengevakuasi 8 warga Kota Jantho yang saat ini menjalani Isolasi mandiri di pingir sungai Krueng Jalin, Gampong Jalin ke tempat yang lebih layak dan manusiawi.

“Gedung JSC kan ada, kan dapat digunakan, apalagi ini cuaca tidak Jelas, pemerintah harus bertanggungjawab atas masyarakatnya dan pemerintah harus menjamin keselamatan jiwa masyarakatnya,” kata Eka Rizkina, yang sekaligus Politisi Partai Keadilan Sosial Kabupaten Aceh Besar ini.

Eka yang menghubungi wartawan media ini melalu saluran telpon seluler, Minggu siang, mengaku telah membaca sejumlah informasi di sejumlah media masa terkait dengan masalah pelayanan penaganan kesehatan dan pelayanan lainnya terhadap warga dari tiga Gampong itu yang kini sedang menjalani Isolasi mandiri.

“Sudah saya baca sejumlah informasi terkait dengan warga tersebut, oleh sebab itu kita berharap pemkab Aceh Besar melalui Gugus tugas Percepatan Penanggulangan Covid -19 secepatnya mengavakuasi mereka, sebab lokasi yang ditempati suspek sangat tidak sesuai dengan anjuran aturan penanganan Covid-19,” timpal Eka lagi.

Eka mengaku tidak dapat membayangkan ketika sekelompok warga menjalankan isolasi mandiri di dalam hutan, sebab hutan tersebut sangat rentan dengan sejumlah penyakit, seperti malaria dan sejumlah penyakit lainnya yang dapat memyetang mereka serta pengawasan tim medis sudah pasti tidak akan optimal, apalagi memiliki radius jarak yang cukup lumanyan jauh dari pusat pelayanan Kesehatan Masyatakat (Puskesmas) Kota Jantho.

“Saya harap semua pihak tidak main-main dengan isu Corona ini, sebab akan mengakibatkan hal yang lebih fatal bila salah tata cara penanganannya,” demikian tegas dan pungkas Eka Rizkina.

Anggota DPRA Irwan Jhohan Ikut Prihatin

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) Teuku Irwan Jhohan, melalui salah satu media online produksi Aceh, edisi 5 April 2020, mengungkapkan sikap prihatinnya terhadap prilaku yang diterima oleh sejumlah pemuda asal Kecamatan Kota Jantho itu, dan mengharapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Besar untuk segera mengambil tindakan evakuasi para pemuda itu ke tempat yang lebih layak.

Menurut Irwan Djohan, setiap warga yang berstatus ODP, tidak boleh bertemu siapapun kecuali tenaga medis. Kemudian menjaga jarak, menggunakan masker, dan memempati kamar terpisah selama 14 hari.

“Apabila pemerintah tidak mrlakukan upaya sosialisasi dan edukasi, saya khawatir gejolak sosial bahkan konflik ditengah masyarakat,” demikian petikan Irwan Djohan di berita media tersebut.

Sejumlah Pihak mulai mempertanyakan Sikap Pemerintah

Salah seorang dari salah satu LSM yang datang dari Banda Aceh dan mengunjungi lokasi Isolasi tersebut, mengaku prihatin dengan kondisi ke delapan pemuda tersebut karena harus menjalankan isolasi secara tidak manusiawi demikian. Ia berharap pihak terkait tidak main-main dengan penanganan suspek Corona, sebab bisa berakibat fatal nantinya. Apalagi masa isolasi baru setengah periode dijalankan.

“Mudah-mudahan pihak terkait segera melakukan evakuasi terhadap Adik-adik ini, karena ini sangat berbahaya,” kata pria yang tidak ingin ditulis namanya dan LSMnya ini, karena mereka datang hanya karana merasa prihatin.

“Sebelumnya saya sempat ragu, sebab isu yang berkembang dua versi, bahkan sumbernya itu ada yang dari Wartawan, tapi ternyata benar sebagaimana yang diberitakan salah satu media lainnya itu, memprihatinkan” sebutnya lagi.

Kecuali LSM tersebut, Perhatian moril dan materil bagi adik-adik yang sebelumnya bekerja serabutan di Pasar Minggu Jakarta itu, juga sempat di Jenguk oleh LSM lainnya dari Provinsi Aceh, Anggota DPRK Aceh Besar dan kunjungan pertama pada hari Jumat pagi, dilakukan oleh Tim Muspika Kota Jantho, sekaligus ikut sejumlah pejabat Eksekutif bahkan Legislatif yang akhirnya mempublis sebuah Video klarifikasi atas berita yang dimuat oleh beberap media massa itu. namun tidak disebut media mana yang memuatnya. Pun demikian, media pertama yang mempublis peristiwa itu adalah Atjehlife.net, Produksi lokal dan Beritanasional.id, produksi Sulawesi Selatan.

Belum Ada Tanda Tanda akan di Evakuasi

Hingga Minggu Sore, seluruh Pemuda yang berasal dari tiga Gampong itu, Gampong Baruh, Gampong Weu dan Gampong Jalin, Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar, masih mendiami lokasi isolasi di semak-semak Perkebunan sawit 2 KM dari pusat Pemukiman Masyarakat Gampong Jalin, Kota Jantho Aceh Besar.

Kedepalan pemuda itu mengaku sempat mempersiapkan diri untuk dievakuasi pada Sabtu kemarian, karena ada dari salah satu pihak LSM yang sempat menjenguk mereka mengabarkan akan mengusahakan koordinasi dengan pihak terkait, supaya segera dipindahkan dari lokasi hutan tersebut. Namun, hinga Sabtu menjelang malam belum ada tanda tanda evakuasi dilakukan.

Bahkan, sejumlah barang sudah dikemas dalam tas masing-masing serta sempat tidak menyiapkan makan siang karena mengharap akan segara dilakukan evakuasi. Tapi hingga sore hari harapan tersebut pupus sudah dan para pihak yang diharapkan tidak pernah datang.

Akhirnya, mereka membatalkan niatbtersebut dan kembali menggelar tikar dan beristirahat. Akibat harapan tersebut, nyaris tidak dapat mendapat penerangan karena para orang tuanya tidak memyiapkan lagi minyak pertalite untuk Ganset.

“Saya pikir jadi dijemput, makanya tidak kami bawa lagi minyaknya,” ujar salah seorang orang Tua Suspek tersebut.

Dikonfirmasi dengan pihak LSM yang sempat memberikan informasi tersebut, membenarkan ada menyebutkan demikian, namun bukan berjanji mereka (LSM) jemput, tetapi akan melakukan koordinasi dengan pihak Gugus tugas Covid-19 Provinsi Aceh, untuk selanjutnya ke Gugus Tugas Covid-19 Aceh Besar, selanjutnya bisa jadi lewat Gugus tugas Covid-19 Kecamatan.

“Benar saya pernah informasi demikian, namun bukan kita yang jemput tapi pihak terkait, dan kita melakukan koordinasinya saja,” demikian jawab aktifis LSM tersebut saat dikonfimasi media ini via telpon selulernya, Sabtu malam.

Hasil penelusuran media ini, Minggu, 5 April 2020, tim media ini dan sejumlah LSM serta Aparatur Pemerintahan Gampong Jalin serta Orang tua Suspek ke lokasi Isolasi 8 Pemuda yang baru pulang dari Jakarta itu. Mereka melakukan Isolasi diri berlokasi 2 meter dari Bibir Sungai Kreung Jalin atau Sekitar 700 meter arah hilir sungai dari titik Lokasi Wisata alam Sungai Krueng Jalin.

Untuk menjangkau lokasi tersebut harus melewati jalan perkebunan warga sekitar 8-10 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda 2 (sepeda motor) diperkirankan memiliki jarak sekitar 1300 meter atau 1,3 KM dari bibir jalan Aspal memuju Lokasi Wisata Krueng Jalin atau sekitar 2000 meter (2KM) dari pusat Pemukiman masyarakat.

Kedelapan warga itu tidak ada pengawasan khusus, baik dari pihaknterkait maupun orang tuanya, kecuali keluarga datang untuk mengantar sejumlah kebutuhan mereka termasuk BBM untuk Ganset yang digunakan untuk penerangan di malam hari hingga pukul 00.00 setiap malam.

Kecuali itu, warga lain dari masyarakat biasa tampak dengan bebas melintasi ke lokasi Isolasi dengan tanpa menggunakan APD, tidak dapat terkoneksi jaringan Telkomiunikasi HP, Yang paling miris selama menjalani Isolasi seluruh Pemuda tersebut belum mendapat Penanganan Medis.

“Tidak pernah kami diperiksa apapun oleh orang medis sejak dari hari pertama sampai seksrang,” aku salah seorang pemuda dari kelompok tersebut saat ditanya wartawan media ini, terkait pelayanan kesehatan bagi mereka yang menjalani Isolasi mandiri itu.

Berdasarkan pengakuan dari salah seorang orang tua Suspek, sekaligus Keuchik Gampong Weu Kecamatan Kota Jantho, Aceh Besar, mereka telah menjalani masa Isolasi selama 7 hari sejak hari kembalinya dari Jakarta pada Senin, 30 Maret lalu.

Selama masa kunjungan tim media ini ke Lokasi terlihat para Suspek tidak melakukan kontak langsung dengan orang tuanya dan masyarakat yang lain yang ada di lokasi isolasi saat itu. (Alan)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button