DaerahJawa TimurMetroRagamSitubondo

Terkait Antigen Palsu, Nasim Khan Ingatkan Dirut Bio Farma Tak Sembrona Bekerja

BeritaNasional.ID – Keterangan yang disampaikan Anggota Komisi VI DPR RI Nasim Khan melalui pesan WhastApp menjelaskan bahwa, pihaknya dalam Rapat Dengar Pendapat sengan Komisi VI DPR RI mengingatkan, agar BUMN yang bergerak dibidang farmasi tidak bekerja sembarangan.

“BUMN bidang farmasi jangan sampai mempermainkan masalah keumatan, apalagi menyangkut kesehatan khususnya masalah  vaksin dan antigen. Saya minta BUMN yang bergerak pada bidang farmasi bekerja lebih hati-hati dan jangan memunculkan kontroversi yang bermuara pada kegaduhan ditengah-tengah masyarakat,” tegas Nasim dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR, Selasa (25/5/2021).

Rapat Dengar Pendapat Komisi VI dengan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir, Direktur Utama PT Kimia Farma Tbk Verdi Budidarmo, dan Direktur Utama PT Indofarma Tbk Arief Pramuhanto dipimpin oleh Wakil Ketua Komisi VI DPR RI Aria Bima yang membahas kasus penggunaan rapid test antigen di Bandara Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara.

Dalam rapat tersebut, Nasim Khan menyinggung isu global tentang penanganan Covid-19 yang membuat masyarakat dibawah kelimpungan. “Di saat kondisi seperti sekarang ini, seharusnya instansi terkait bekerja lebih hati-hati agar masyarakat yang tengah landa pandemic Covid-19 bisa tercerahkan,” kata Nasim Khan.

Komunikasi dan koordinasi yang baik, kata Nasim Khan, merupakan langkah yang tepat untuk menyelesaikan persoalan. “Kasus beredarnya antigen palsu, bisa kami katakan perbuatan kedholiman yang harus dipertanggungjawabkan. Jangan, gara-gara antigen palsu masyarakat menjadi korban,” beber Nasim Khan politisi PKB Dapil III Jawa Timur ini.

Dalam kesempatan tersebut, Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menjelaskan bahwa, Indonesia baru saja menerima vaksin Covid-19 tahap ke-13 sebanyak 8 juta dosis. Vaksin produksi Sinovac itu dalam bentuk bulk atau bahan baku untuk kemudian diproduksi oleh Bio Farma.

Dengan tambahan 8 juta dosis vaksin Sinovac tersebut, sambung Honesti Basyir dihadapan anggota Komisi VI DPR RI, maka total bahan baku vaksin yang sudah diterima Bio Farma sebanyak 73,5 juta dosis vaksin. Dari jumlah tersebut, sudah diproduksi sebanyak 51,3 juta dosis vaksin yang siap disuntikkan.

“Yang sudah diproduksi Bio Farma ada 51,3 juta dosis, dan kita sudah dapat rilis dari BPOM 33 juta dosis. Masih ada 18,35 juta dosis lagi yang masih dalam proses rilis BPOM. Untuk total vaksin produksi Bio Farma yang sudah didistribusikan ke seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 32,3 juta dosis,” kata Honesti dihadapan anggota Komisi VI DPR RI.

Apabila digabungkan dengan vaksin Astrazeneca, imbuh Honesti, yaitu 3 juta dosis vaksin Sinovac dan 4,5 juta dosis vaksin Astrazeneca, maka total yang sudah didistribusikan sebanyak 39,8 juta dosis. Sedangkan realisasinya sampai saat ini adalah 24,9 juta dengan rincian SDM kesehatan 1,5 juta dosis pertama dan dosis kedua 1,4 juta, lansia dosis pertama 3,1 juta dan dosis kedua 2,1 juta, lalu petugas publik vaksinasi dosis pertama 10,4 juta dan dosis kedua 6,5 juta.

Lebih lanjut, Honesti juga menjelaskan bahwa, Bio Farma juga telah membuat rencana produksi dan juga rilis produksi. Total yang akan diberikan kepada pemerintah untuk program vaksinasi hingga Oktober 2021 sebanyak 125,5 juta dosis, terdiri dari 3 juta dosis vaksin jadi dan 122,5 juta dosis vaksin yang diproduksi Bio Farma.

“Dari informasi yang kami sampaikan sebelumnya, total kapasitas produksi kami 250 juta dosis per tahun. Tetapi dari beberapa proses SOP yang dilakukan perbaikan untuk efisiensi, kapasitas bisa ditingkatkan menjadi 267,7 juta dosis per tahun,” kata Honesti dihadapan anggota Komisi VI DPR RI.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button