Artikel

690 Dokter Hewan Se-Indonesia Dilatih Untuk Antisipasi Mutasi Penyakit Hewan Global

BeritaNasional.ID, BONDOWOSO JATIM – Berangkat dari keprihatinan kampus/akademik melihat kondisi kesehatan hewan di Indonesia, maka dilatihlah dokter hewan se-Indonesia di beberapa daerah.

Dr. Drh. Nusdianto Triakoso, MP, Dosen Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengatakan, tiga tahun terahir, penyakit baru masuk ke Indonesia. Yang sangat terasa adalah PMK (Penyakit Mulut dan Kuku).

“Seluruh peternak Indonesia merasakan dampaknya. Ada yang ternaknya mati dan ada yang ambruk usaha ternaknya. Ada beberapa penyakit lain selain PMK, yaitu lato-lato (benjol-benjol) dan African Swin Fever (ASF) yang menyerang babi,” jelasnya.

Penyakit tersebut, lanjutnya,  menyebar hampir ke seluruh Indonesia. Masih ada beberapa penyakit lagi yang yang berpotensi masuk ke Indonesia. Kita tidak ingin hal itu terjadi. Karena kita sudah merasakan dahsatnya serangan PMK tahun 2022 yang lalu. Seluruh lapisan masyarakat merasakan beratnya kondisi kesehatan ternaknya.

Ditambahkan, berdasarkan pengalaman pahit itu, kita melakukan peningkatan sumber daya tenaga kesehatan hewan di Indonesia. Diantaranya Dokter hewan praktisi hewan besar, yang menangani kesehatan sapi, baik di Puskeswan maupun yang mandiri.

Seluruh dokter hewan latih, agar mereka mempunyai keterampilan lebih dari sekedar dari dokter hewan yang praktek biasa. Mereka akan punya kemampuan untuk mendeteksi penyakit lebih cepat, bisa menelusuri lebih baik dan melaporkannya pada pimpinan.

“Sehingga tindakannya lebih terstruktur dan dilakukan dengan baik. Tidak lagi terjadi seperti kejadian PMK beberapa waktu yang lalu. Anggaran tidak punya, tenaga bingung semua, vaksinasi sampai sekarangpun masih banyak kendala, kejadian seperti jangan terulang lagi,” kata drh. Nus, sapaannya.

Peserta, lanjut Ketua Panitia Pelatihan ini, ada 30 orang dari Kabupaten/Kota Probolinggo, Lumajang, Jember, Banyuwangi, Situbondo, dan Bondowoso. Ini merupakan kegiatan kedua yang dikelola oleh Unair. Yang pertama di Magetan. Pesertanya dari Lamongan, Tuban, Mojokerto, Jombang, Madiun, Ngawi, Nganjuk, dan Ponorogo.

Disamping itu, lanjutnya, kegiatan ini juga dikelola oleh Universitas Wijaya Kusuma (UWK) dan Universitas Brawijaya (UB) Malang. Seluruh Kabupaten/Kota di Jawa Timur punya wakil tenaga terlatih kesehatan hewan.

Kemudian di Sumatera (Universitas Syahwala), Jawa Barat di Banten, Jawa Tengah di Jogja, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Tinur (NTT), dan Sulawesi Selatan (Sulsel). Ada 690 tenaga profesional garis depan yang siap melawan penyakit yang masuk ke Indonesia.

“Kita harus optimis. Ini merupakan bagian dari proses berjuang untuk menangkal penyakit yang masuk ke Indonesia. Mereka (Nakeswan, red) punya jejaring yang kuat yang kita bangun,” jelas Nus pada BeritaNasional.ID.

Sambil mengevaluasi, lanjutnya, kita tingkatkan lagi kompetensi mereka lebih lanjut. Ini masih awal. Jumlah populasi ternak dengan keberadaan Nakeswan masih jauh. Tapi, minimal, dengan tenaga di tiap daerah yang kemampuan lebih, bisa meminamlisir korban wabah penyakit hewan yang masuk ke Indonesia.

Ditambahkan, perhatian dari pemerintah tentang kesehatan hewan kurang. Diharapkan dari proses seperti ini nanti, menggugah pemerintah bergerak di bidang lain, misalnya melakukan mitigasi wabah.

Unair pernah membantu mencegah meluasnya PMK Mei 2022. Waktu itu pemerintah belum punya anggaran. FKH Unair menyediakan anggaran dengan cepat secara swadaya. Semua terjun, mulai dari profesor, dokter hewan, mahasiswa.

“Di Gersik segera menutup penyebaran PMK., namun tidak berhasil karena penyebarannya sangat cepat. Oleh karena itu, proses pencegahan dan mitigasi wabah mulai kami fikirkan, ditata, dikelola dengan baik,” jelasnya.

Termasuk melibatkan para dokter hewan yang sudah dilatih. 690 orang siap berjuang mempertahankan Indonesia dari potensi masuknya penyakit berbahaya di Indonesia. (SYAMSUL ARIFIN/BERNAS)

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button