Daerah

Kemensos RI Apresiasi Metode Penyembuhan Residen LRPPN BI Banyuwangi Dengan Probiotik

Dipaparkan dr. Didik Saat Agustina Kaban Sambangi KDS

BeritaNasional.ID, BANYUWANGI – Sejak berdirinya pada 4 tahun lalu dan mulai berkiprah total 2 tahun setelah mendapat status Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), ternyata keberadaan Lembaga Rehabilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotika (LRPPN) Bhayangkara Indonesia (BI) Banyuwangi sudah menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu pun mendapat apresiasi positif Agustina Kaban MSi, dari Kemensos RI Bagian Rehabilitasi Sosial, yang langsung berkunjung di Klinik dr Didik Sulasmono (KDS), yang merupakan dokter di kantor rehabilitasi narkoba Banyuwangi, Selasa (29/12). Agustina cukup bangga dengan pencapaian lembaga rehabilitasi yang beralamat di JL Kepiting 89 Banyuwangi.

“Pelaksanaan rehab di Banyuwangi ini cukup baik. Apalagi dengan sistem probiotik atau yang dikenal umum dengan istilah herbal, yang bisa memperpendek program penyembuhan dari 40 hari jadi 14 hari. Jelas ini sangat menguntungkan para orang tua, sebab tidak semua mereka dari keluarga mampu. Jadi bisa memperingan beban orang tua,” ujarnya bangga.

Bahkan Agustina berharap sistem herbal yang dilaksanakan di Banyuwangi bisa digetok tularkan ke beberapa tempat rehab di beberapa kota lain.

Sementara dr Didik yang mengaku bergabung sebagai dokter di LRPPN BI Banyuwangi sejak tahun pertama akhir menyatakan, keberadaan LRPPN BI saat ini telah mengalami perkembangan cukup baik. Pada awalnya penanganan masih melalui rehab sosial, belum total medis. Namun setelah dirinya bergabung bersama dr. Yan, mulai ditambah dengan metode medis, khususnya metode probiotik atau pengobatan herbal.

“Ternyata pakai metode probiotik ini cukup berhasil dengan baik. Residen yang sakau, sebelumnya bisa sampai 24 jam sakau, tapi dengan metode probiotik ini tidak sampai 24 jam sudah stabil. Sore dikasih probiotik, Magrib sudah bisa tidur. Bahkan yang kasus sabu berat hanya membutuhkan waktu satu sampai dua hari saja untuk kembali stabil,” katanya.

Dr Didik mengaku, pihaknya tidak menggunakan metode anti depresan, karena dinilainya akan bisa menimbulkan persoalan baru.

“Setelah pasien diberi anti depresan, mungkin bisa menghilangkan ketergantungan pada narkobanya. Tapi biasanya pasien akan ketergantungan pada obat anti depresannya,” akunya.

Selaku dokter di IPWL LRPPN BI Banyuwangi, dr Didik merasa bangga dengan kinerja para generasi muda yang berupaya maksimal untuk memerangi penyalahgunaan narkoba.

“Dari segi finansial sama sekali tidak banyak, sebab ini adalah murni kerja sosial. Tapi ternyata masih banyak juga generasi muda yang peduli, seperti Pak Hakim (pembina LRPPN BI Banyuwangi). Mereka benar-benar istiqomah ingin memperbaiki anak-anak yang kecanduan,” tuturnya.

Namun yang terkadang masih menjadi kendala adalah sikap para orang tua. Tidak semua orang tua bisa menerima kenyataan kalau anaknya menjadi korban narkoba.

“Banyak orang tua yang malu anaknya menjadi korban narkoba, sehingga mereka tidak bersedia anaknya direhab. Mudah-mudahan ke depan makin banyak orang tua yang sadar untuk mengembalikan anaknya jadi sehat dan normal kembali melalui rehabilitasi,” harapnya.
Sejak berdirinya pada 4 tahun lalu dan mulai berkiprah total 2 tahun setelah mendapat status Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL), ternyata keberadaan Lembaga Rehabilitasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkotia (LRPPN)p Bhayangkara Indonesia (BI) Banyuwangi sudah menunjukkan hasil yang memuaskan. Hal itu pun mendapat apresiasi positif Agustina Kaban MSi, dari Kemensos RI Bagian Rehabilitasi Sosial, yang langsung berkunjung di Klinik dr Didik Sulasmono (KDS), yang merupakan dokter di kantor rehabilitasi narkoba Banyuwangi, Selasa (29/12). Agustina cukup bangga dengan pencapaian lembaga rehabilitasi yang beralamat di JL Kepiting 89 Banyuwangi.

“Pelaksanaan rehab di Banyuwangi ini cukup baik. Apalagi dengan sistem probiotik atau yang dikenal umum dengan istilah herbal, yang bisa memperpendek program penyembuhan dari 40 hari jadi 14 hari. Jelas ini sangat menguntungkan para orang tua, sebab tidak semua mereka dari keluarga mampu. Jadi bisa memperingan beban orang tua,” ujarnya bangga.

Bahkan Agustina berharap sistem herbal yang dilaksanakan di Banyuwangi bisa digetok tularkan ke beberapa tempat rehab di beberapa kota lain.

Sementara dr Didik yang mengaku bergabung sebagai dokter di LRPPN BI Banyuwangi sejak tahun pertama akhir menyatakan, keberadaan LRPPN BI saat ini telah mengalami perkembangan cukup baik. Pada awalnya penanganan masih melalui rehab sosial, belum total medis. Namun setelah dirinya bergabung bersama dr. Yan, mulai ditambah dengan metode medis, khususnya metode probiotik atau pengobatan herbal.

“Ternyata pakai metode probiotik ini cukup berhasil dengan baik. Residen yang sakau, sebelumnya bisa sampai 24 jam sakau, tapi dengan metode probiotik ini tidak sampai 24 jam sudah stabil. Sore dikasih probiotik, Magrib sudah bisa tidur. Bahkan yang kasus sabu berat hanya membutuhkan waktu satu sampai dua hari saja untuk kembali stabil,” katanya.

Dr Didik mengaku, pihaknya tidak menggunakan metode anti depresan, karena dinilainya akan bisa menimbulkan persoalan baru.

“Setelah pasien diberi anti depresan, mungkin bisa menghilangkan ketergantungan pada narkobanya. Tapi biasanya pasien akan ketergantungan pada obat anti depresannya,” akunya.

Selaku dokter di IPWL LRPPN BI Banyuwangi, dr Didik merasa bangga dengan kinerja para generasi muda yang berupaya maksimal untuk memerangi penyalahgunaan narkoba.

“Dari segi finansial sama sekali tidak banyak, sebab ini adalah murni kerja sosial. Tapi ternyata masih banyak juga generasi muda yang peduli, seperti Pak Hakim (pembina LRPPN BI Banyuwangi). Mereka benar-benar istiqomah ingin memperbaiki anak-anak yang kecanduan,” tuturnya.

Namun yang terkadang masih menjadi kendala adalah sikap para orang tua. Tidak semua orang tua bisa menerima kenyataan kalau anaknya menjadi korban narkoba.

“Banyak orang tua yang malu anaknya menjadi korban narkoba, sehingga mereka tidak bersedia anaknya direhab. Mudah-mudahan ke depan makin banyak orang tua yang sadar untuk mengembalikan anaknya jadi sehat dan normal kembali melalui rehabilitasi,” harapnya. (red) 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button