CitizenLiterasiOpiniRagam

Budaya Literasi Dalam Upaya Meningkatkan Kemampuan Bahasa Indonesia Sesuai Dengan Kaidah

Oleh : Penni Mauddina*)

Bahasa memiliki kedudukan yang begitu penting di tengah masyarakat, itulah mengapa bahasa tidak dapat dipisahkan dari manusia, sebab manusia adalah makhluk sosial yang saling berinteraksi dan bergantung satu sama lain. Tanpa bahasa, manusia akan mengalami kesulitan untuk berkomunikasi, hal ini dapat memicu kesalahpahaman atau kekeliruan. Sementara itu hingga saat ini jumlah bahasa yang ada di dunia belum diketahui dengan pasti, begitu pun dengan bahasa Indonesia. Indonesia memiliki suku yang beragam dengan bahasa yang bervariasi, contohnya: kata ‘Duduk’. Orang Sunda menyebutnya ‘Diuk’, orang Jawa menyebutnya ‘Jagong’, orang Minang menyebutnya ‘Duduak’ dan lain sebagainya. Hal ini membuktikan bahwa Indonesia kaya akan bahasa.

Fakta bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa benar adanya. Ketika orang asli Sunda dan orang asli Jawa berinteraksi dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, pasti komunikasi yang terjalin tidak berjalan dengan baik dan semestinya. Saat itulah bahasa Indonesia memainkan peran sebagai alat untuk berkomunikasi antara dua orang atau lebih yang berasal dari suku yang berbeda.

Upaya untuk meningkatkan kecakapan dalam berbicara bahasa Indonesia, salah satunya dapat dilakukan dengan mendalami pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa agar tidak memicu kecacatan berbahasa. Masyarakat kita bisa memulainya dengan meningkatkan kemampuan dalam literasi.

Pada dasarnya kemampuan literasi merupakan kemampuan individu dalam berbahasa. Literasi berkaitan dengan membaca, menulis, berbicara dan hal-hal yang menyangkut dengan pemikiran kritis serta komunikasi yang bermakna. Itulah mengapa literasi dapat menumbuhkan kecakapan berbahasa sesuai dengan kaidah yang ada.

Upaya untuk meningkatkan budaya literasi adalah dengan meningkatkan minat membaca. Tingginya minat membaca berpengaruh pada mental, wawasan dan bahkan perilaku seseorang. Akan tetapi di Indonesia sendiri yang telah merdeka selama lebih dari 70 tahun nyatanya masih memiliki tingkat literasi yang rendah. Tingkat rendah inilah yang membuat masyarakat buta akan kaidah-kaidah berbahasa.

Zaman dulu mungkin membaca identik dengan buku cetak dan kertas sehingga ekonomi masyarakat saat itu sangat berpengaruh dalam upaya melestarikan budaya literasi. Akan tetapi zaman sekarang yang semuanya telah serba digital, masyarakat seharusnya memiliki pola pikir yang maju dengan memanfaatkan internet untuk menambah pengetahuan. Kita bisa melihat dunia hanya dengan berselancar di dunia maya, mencari tahu segala sesuatu yang bermanfaat dengan membaca buku digital.

Untuk menjadi masyarakat yang melek akan budaya literasi, kita perlu mengetahui apa saja manfaat dari membaca selain untuk mendapatkan informasi. Salah satu contohnya adalah penerapan kaidah-kaidah bahasa dalam sebuah buku yang dapat dijadikan acuan dasar pemahaman kita. Pemerintah meluncurkan program yang diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat yaitu sebuah aplikasi perpustakaan berbasis digital yang dinamakan iPusnas. Dengan adanya program ini yang tentu saja memudahkan masyarakat untuk membaca, diharapkan pula dapat dimanfaatkan oleh orang tua.

Membangun budaya literasi bukan hal yang mudah bagi orang tua, apa lagi dengan banyaknya hal-hal menarik yang ditawarkan di media sosial. Untuk itu belajar dari diri sendiri, orang tua harus menyadari bahwa budaya literasi harus ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak agar menjadi kebiasaan yang positif. Karena jika buku adalah jendela dunia, maka membaca adalah kuncinya.

*) Penulis adalah Mahasiswi pada Program studi Sastra Indonesia – Universitas Pamulang 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button