Kejam, Sekjen PB PGRI Dudung Qodiri Minta Guru Honorer ‘Keluar’ Dari PGRI
Kalau Tidak Mampu Bayar Iuran

BeritaNasional.ID, JAKARTA – Pernyataan mengejutkan keluar dari Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dudung Qodiri. Dudung, sapaannya, menyatakan, kalau guru honorer tidak mampu membayar iuran diminta keluar dari PGRI.
Tentu saja, pernyataan menyakitkan ini tidak diterima oleh seluruh Guru Honorer. Dudung bukannnya memperjuangkan nasib Guru Honorer, malah sebaliknya, mengusir dari tempatnya berlindung.
Seluruh Guru Honorer menyerukan kepada PB PGRI pimpinan Unifah Rosidi untuk melakukan introspeksi diri dan mengevaluasi kinerja organisasi. Jika tidak mampu memperjuangkan hak-hak Guru Honorer, sebaiknya PGRI membubarkan diri saja.
Menanggapi pernyataan kasar Dudung, Sekretaris LKBH PB PGRI, H. Sugiono Eksantoso mengatakan, tidak sepantasnya seorang Sekjen berkomentar seperti itu. Karena Guru Honorer/Sukwan tidak mempunyai standarisasi gaji yang pasti.
“Bahkan banyak honor Guru Honorer di daerah, dibawah Upah Minimum Kabupaten (UMK). Jadi kalau Dudung meminta Guru Honorer mengundurkan diri dari PGRI jika tidak mampu membayar iuran, itu pernyataan ngawur,” kesalnya.
Pernyataan tersebut tidak sepantasnya dilakukan oleh seorang Sekjen. Pihaknya tidak tahu apakah Dudung ini berlatar belakang guru atau dia pejabat yang kemudian dipromosikan menjadi Sekjen PGRI.
Kalau Dudung berlatar belakang guru tidak mungkin berbicara seperti itu. Maka tidak heran kalau kemudian ada mosi tidak percaya dari guru-guru honorer kepada Unifah Rosidi. Atau jangan-jangan di PB PGRI sudah kehabisan amunisi/dana.
Sehingga dia butuh dana untuk memperjuangkan kasasi, karena ingin menang misalnya. Kasasi ini kan Unifah Rosidi yang mengajukan. Dia sudah kalah di PT TUN. Maka, kami atas nama Sekretaris LKBH PB PGRI versi Teguh Sumarno, meminta agar Sekjen PB PGRI versi Unifah Rosidi mencabut pernyataan itu dan meminta ma’af secara terbuka.
“Kalau gentle mengundurkan diri. Tidak pantas dan tidak layak seorang Pengurus PB PGRI berkata-kata seperti itu dan ini sangat menyakitkan. Dia paling tidak pernah jadi Guru Honorer atau GTT,” pungkasnya. (Syamsul Arifin/Bernas)