Ragam

Kisah Pedangang Keripik Jantho “Sehari Tersenyum Setahun Merengut”

Beritanasional.Id, Kota Jantho – Diperkirakan sekitar 2500 orang hadir di Kota Jantho, Kabupaten Aceh Besar, dalam rangka menyaksikan pelantikan 134 Keuchik hasil Pilchiksung 5 Agustus 2019 lalu.

Pengambilan sumpah janji terhadap kepala desa itu dipimpin langsung oleh Bupati Aceh Besar, Ir. H. Mawardi Ali, di Gedung A komplek Jantho Sport City (JSC) di Kota Jantho Aceh Besar – Aceh, Selasa17 September lalu.

Momentum pelantikan itu ternyata bukan saja membawa senyum gembira bagi para 134 orang Keuchik yang dilantik, tapi para Pedagang keripik di Pusat Ibu Kota Kabupaten itu juga tampak ceria, karena para tamu pemkab Aceh Besar dari seluruh Kecamatan yang memiliki Keuchik baru itu menyerbu produk lokal yang dijaja di Kota Jantho.

Seusai menyaksikan pelantikan para masyarakat yang mendampingi keuchiknya itu, berbondong bondong mendatangi titik penjualan produk khas Kota Jantho, untuk berbelanja sejumlah makanan tradisional yang dijajakan di lapak yang dibangun tahun 2013 itu.

“Hanya membeli keripik dan tape,” jawab salah seorang pria yang masih mengenakan kostum PDH putih lengkap saat itu, sambil menenteng tiga kantong kresek sarat isi. Saat ditemukan media ini di lokasi kuliner khas Kota Jantho di Kota Jantho.

Kecuali para Keuchik dan keluarga yang memborong sejumlah makanan yang diproduksi dengan cara digoreng itu, juga tampak para masyarakat rombongan pendamping setiap  Keuchik juga ikut berbelanja ria pada nyak nyak yang sudah menunggu.

Sementara, para pedagang yang memang setiap hari berdagang di sana terlihat jelas wajahnya yang dulu murung, tapi pada hari itu berseri-seri sambul mengucapkan sejumlah ucapan sapaan agar pembeli mampir ke area jajanannya.

“Mampir pak di sini aja belinya pak, ini baru digoreng. Tape, Keripik, Bacem juga tersedia,” kata salah seorang perempuan setengah baya sambil melayani para pembelinya.

Yusnidar salah seorang pedagang yang sempat dikonfirmasi media ini saat itu, mengaku jumlah penjualannya meningkat tajam dibandingkan hari hari biasa.

“Banyak permintaan hari ini, bahkan keripik ubi sudah habis,” kata Kak Yus panggilan akrab Yusnidar.

Perempuan setengah baya ini, sempat mengutarakan kondisi yang kerab dirasakannya oleh sejumlah pedagang keripik di sekitar itu. Kak Yus sempat berandai andai saat itu.

“Andai kondisi pembeli begini setiap hari, pasti kami akan jauh lebih sejahtera,” katanya.

Maksudnya, bahwa mereka hanya memperoleh rezeki berlimpah, tatkala jumlah pengunjung di Kota jantho meningkat. Hal itu terjadi hanya beberapa kali saja dalam serahun, yaitu Hut kemerdekaan RI, bila ada kegaiatan Pameran pembangunan, pelntikan dewan atau ada kegiatan pelantikan Keuchik secara massal sebagaimana yang berlangung tahun ini.

“Kami hanya bisa tersebut dapat dihitung jari, selebihnya ya paling murung aja karena pembeli sepi,” jelasnya.

Yusnidar berharap hendaknya ada banyak kegiatan pemerintah yang dapat mengundang orang banyak ke Jantho dapat dilaksanakan di Kota Jantho, sehingga peningkatan pendapatan mereka dapat meningkat. Tapi jika berharap dari warga dan PNS yang bekerja di Kota Jantho, hanya saat menjelang hari hari tertentu saja mereka mebeli keripik, misalnya jelang lebaran dan sejumlah hari besar lainya yang digelar di Kota Jantho.

” Cuma saat ada kegiatan seperti ini baru kami dapat bernafas sesikit lega,” timpalnya lagi.

Pun demikian, kondisi padagang keripik itu sudah jauh mendapatkan kemudan dibandingkan pada 7 tahun silam. Pasca dibangunnya sentral tempat penjualan keripik oleh pemerintah. Posisi strategis diperoleh pedagang, karena lokasi terdapat di bibir jalan negara, sementara sebelumnya para pedagang tersebut hanya dapat mengisi trotoal yang ada di lingkungan Kota dan Kantor pemerintah setempat.

Namun demikian, produk yang dijajakan mereka tidak memiliki lebel apapun, sehingga berpengaruh bagi pembeli, terutama pendatang atau non orang Aceh.

Para pedagang belum mendapatkan jalan tol untuk melakukan label sejumlah izin yang dipersyaratkan bagi sebuah makanan yang diproduksi seperti di daerah lain.

“Kami berhasrat untuk memiliki lebel dan hak paten tapi belum memperoleh perlebelan itu karena belum memiliki fasilitas untuk pengurusan dimaksud.

Para pedagang beeharap, hendaknya pemerintah dapat mendukung dan memfasilitasi mereka untuk memiliki sejumlah kebutuhan sebagai sebuah produl yang dijamin pemerintah.

Artinya, para pedagang itu dapat tersenyum ketika keramaian terjadi di Kota Jantho, tapi jika tidak, para pedagang hanya merengut, karena barang dagangannya tidak laku. Istilanya ” Sehari tersenyum setahu murung,” pungkasnya. (Alan)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button