DaerahRagamReligiSumateraSUMUTWisata

Komunitas Tanjak Langkat, Peringati Hari Tanjak Sedunia di Tanjung Pura

BeritaNasional.ID, Langkat – Kirab budaya bertanjak mengisi rangkaian peringati hari tanjak sedunia, di Kabupaten Langkat, Sumut, yang dinpusatkan di Kelurahan Pekan Tanjung Pura, atau Kota Tanjung Pura, Jum’at (16/9/2022). Kirab budaya tanjak diikuti seratusan peserta dari para pelajar dan masyarakat, yang dilaksanakan Komunitas Tanjak Kabupaten Langkat atau disebut “Kota Langkat”.

Sebelum dimulai kirab tanjak, sebagai rangkaian memperingati hari tanjak sedunia, terlebih dahulu dilaksanakan apel bersama yang dipimpin kepala Kecamatan Tanjung Pura, Muhammad Nawawi, S.STP, MSP, yang juga sebagai Wali Utama Komunitas Tanjak Langkat, sekaligus sebagai kordinator kegiatan.

Turut hadir di kegiatan tersebut Kapolsek Tanjung Pura AKP Surahman, S.H, Danramil 11 Tanjung Pura Kapten Arm Defrinal, mendampingi Camat Tanjung, dan unsur Forkopimca Kecamatan Tanjung Pura lainnya.

Camat Tanjung Pura, Muhammad Nawawi, S.STP, MSP, mengatakan, kegiatan ini dalam rangka memperingati hari pariwisata dan hari tanjak sedunia. Kegiatan ini sangat sesuai serta mendukung program Bupati Langkat terhadap keputusan Bupati Langkat tentang penetapan Kelurahan Pekan Tanjung Pura sebagai Kelurahan Wisata (wisata religius),

“Kegiatan ini bentuk peringatan hari pariwisata dan hari tanjak sedunia. Disini kami mengajak para kaula muda, seperti pelajar, untuk mencintai budaya, supaya meraka terhindar dari perilaku negatif, seperti narkoba dan bentuk perjudian online lainnya, ” ungkap Muhammad Nawawi.

Usai melaksanakan apel gabungan, para peserta kirab dilepas dari halaman Kantor Camat Tanjung Pura menuju menuju Museum Daerah di Tanjung Pura dengan berjalan kaki, dan diiringi drumband, serta diiringi mobil Patroli Kepolisian Polsek Tanjung Pura untuk menciptakan rasa keamanan dan kenyamanan, serta menjaga agar tidak terjadinya kemacetan lalulintas.

Sekedar jadi wawasan tabahan bagi pembaca, disini kami jelaskan bahwa, meski saat ini masih banyak yang memakai tanjak, namun belum tentu mengerti rahasia dan filosofi tanjak dalam budaya Melayu yang sesungguhnya. Apalagi menempatkan tanjak pada alurnya. Sebab, setiap tanjak ada orangnya, setiap orang menyesuaikan tanjak yang dipakai, dan setiap jenis tanjak ada amanah yang menyesuaikan pada diri si pemakainya.

Bila filosofi tanjak tak dimengerti, maka muncul generasi memakai tanjak, namun “tanjak yang tak berempunya” (hampa makna) dan hilang nilai esensinya.

Tanjak dalam budaya Melayu mengandung makna yang dalam. Bukanlah sembarang memakai tanjak bila diri tak mengerti atas tanjak dipakai, apalagi tak sehati dengan karakter diri dan perilaku yang ditampilkan sehari-hari.

Dalam budaya Melayu, tanjak merupakan tradisi dan jati diri orang Melayu. Tanjak memiliki lambang kewibawaan, struktur masyarakat, semangat, cita-cita, dan harga diri.

Kompleksitas bentuknya menunjukkan tugas yang berbagi sesuai jenis tanjak si pemakainya. Tanjak biasanya digunakan lelaki saat ingin pergi keluar, layaknya sebuah songkok dalam budaya nasional.

Namun, filosofi tanjak tak sesederhana yang dipahami dan sebatas penutup kepala belaka. Sebab, tanjak memiliki arti “nanjak atau naik/menjulang ke tempat yang tinggi”, baik status, kualitas diri, cita-cita, bahkan karakter budi (akhlak) yang menjadi tauladan.

Tanjak adalah lambang kehormatan yang patut dijaga, kekuatan (berbagai varian maknanya) yang bertaut marwah, berbingkai harga diri. Tanjak merupakan lambang amanah sesuai kualitas yang memakai. Tanjak simbul bingkai peradaban, bukan sebatas dipakai namun jauh kepribadian. (Reza)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button