ACEHBanjir

Konsultan GCI Mulai Ukur Sedimentasi Muara Sungai Aceh Tamiang, Ini Tanggapan Meurah Budiman

ACEH TAMIANG – Green Community Investment (GCI) mulai melakukan survei dan pengukuran luas dan ketebalan sedimentasi/endapan di muara sungai Aceh Tamiang setelah terjadi pendangkalan selama bertahun-tahun akibat bencana alam banjir.

“Untuk kedua kalinya kami sudah turun dalam rangka survei sedimentasi dan karakteristik muara sungai di Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang. Setelah kami ukur ketebalan sedimentasi rata-rata sudah sampai 5 meter material pasir,” kata konsultan Green Community Investment Zulkarnain di Karang Baru, Senin (20/3/2023).

BACA : CSO Le’BAM : Banjir Aceh Tamiang Berdampak Kepada 200.450 Jiwa

Ia mengatakan pengukuran volume sedimentasi secara Bathymateric (BM) dilakukan pada Senin (13/3). Kondisi muara sungai dangkal tersebut berada di Desa Kuala Peunaga-Desa Kuala Genting, Kecamatan Bendahara atau di bibir laut lepas Selat Malaka. Sedimentasi ini telah diteliti lama pasca banjir bandang 2006 silam.

Tim Green Community Investment dari berbagai unsur lembaga ini melakukan pengukuran luas dan kedalaman sedimentasi menggunakan alat canggih yakni Bathymateric dan Thopolidar. Alat ini untuk mengetahui karakteristik sungai Tamiang baik di atas permukaan maupun di bawah permukaan endapan.

“Fungsi alat Thopolidar untuk mengukur di bawah permukaan (kedalaman). Sedangkan metode pengukuran Bathymateric (BM) untuk pengambilan data dari darat sebagai pedomen kemudian tembak ke sendimen masing-masing dua titik BM untuk mengetahui berapa thopolidar-nya,” terang Zulkarnain.

Hasil dari pengukuran tersebut belum diketahui karena masih ada pengukuran BM sedimen lanjutan. Namun karakteristik sungai punya sedimentasi sudah dapat diketahui.

BACA : Sedimentasi Muara Kuala Penaga, Muara Kuala Genting serta DAS Tamiang, Haruskah Berdiam Diri

Saat ini, menurut Direktur Eksekutif Lembaga Bina Arsitektur Madani (LeBAM) ini, karakteristik sungai Tamiang bentuknya sudah menjadi bendungan alam. Akibatnya arus sungai terus menghantam tepi sungai karena air menuju ke laut sangkut akibat sedimentasi. Sementara di sisi lain ombak pasang laut juga menghantam muara sungai sehingga memperparah sedimentasi.

Pihaknya memperhitungkan sejak dari 2008-2022 sedimentasi sudah memenuhi muara sungai Tamiang. Dampak dari pendangkalan tersebut telah merubah bentuk lazim sungai.

“Di Kuala Genting panjang sedimentasi mencapai 3,5 kilometer dan lebar 1,2 kilometer, sementara di Kuala Peunaga panjang sedimentasi 2,2 kilometer dan luas 750 meter,” ujarnya.

Sebelumnya sejumlah aktivis dari berbagai lembaga lingkungan menyarankan agar muara sungai Aceh Tamiang dikeruk karena sudah terjadi pendangkalan yang begitu parah sepanjang ribuan meter.

Sedimentasi itu terjadi bertahun-tahun sehingga badan sungai sudah seperti pantai. Kondisi tersebut juga menyulitkan para nelayan tradisional melintas, bahkan kalau pulang dari melaut nelayan harus menunggu air laut pasang karena boat sering kandas.

Pria yang akrab disapa Zul Lebam ini memaparkan tahap pertama yang harus dilakukan adalah pengerukan muara sungai di Desa Kuala Peunaga dan Kuala Genting sebagai solusi mengatasi bencana banjir setiap tahun.

“Pengerukan muara harus dilakukan di dua lokasi tersebut dengan kedalaman 5 meter mengangkat material jenis pasir sungai,” sebutnya.

Dalam waktu dekat Green Community Investment berencana akan beraudiensi dengan Pj Bupati Aceh Tamiang dan siap bila diminta untuk mem-presentasikan hasil survei terkait pengerukan sedimentasi muara sungai yang pertama kali di Aceh Tamiang.

“Soal anggarannya kalau dari ABPK jelas tidak mungkin, tapi kita yakin seorang Pj Bupati Aceh Tamiang memiliki relasi yang luas baik di provinsi maupun link di pusat. Kalau untuk Otsus dan APBN sangat mungkin tersedia walaupun secara bertahap yang penting bisa dikerjakan,” tutur seorang perancang bangunan tersebut.

Dihubungi terpisah Pj Bupati Aceh Tamiang Meruah Budiman selaku kepala daerah akan memberi dukungan atas inisiasi dari teman-teman komunitas hijau sebagai mitra kerja Pemda Aceh Tamiang.

“Terkait sedimentasi tersebut kita sudah menyusun rencana pengerukan muara sungai untuk mencegah terjadinya penumpukan atau luapan air di perkampungan penduduk yang sering menyebabkan banjir karena air tidak mengalir ke laut,” ujarnya.

Pengerukan di bagian muara ini, lanjut Meurah Budiman merupakan salah satu program kerja Pemkab Aceh Tamiang untuk mengatasi dampak banjir setiap tahun. Menurutnya belajar dari pengalaman, bencana banjir telah melumpuhkan segala lini sektor seperti pertanian, perikanan/nelayan hingga dunia pendidikan.

“Banjir membuat petani gagal panen, bahkan aktivitas petani dan nelayan yang sehari-hari menggantungkan hidupnya dari mata pencaharian tersebut jadi terganggu, termasuk proses belajar mengajar anak-anak di sekolah lumpuh,” ulasnya.

“Intinya kita mendukung penuh upaya pengerukan sedimentasi dengan melakukan koordinasi dan konsultasi ke Pemprov Aceh dan pemerintah pusat terkait pendanaan pengerukan. Insya Allah tahun ini kita mulai keruk muara sungai Aceh Tamiang,” tandas Meurah Budiman.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button