BanjirHeadline

CSO Le’BAM : Banjir Aceh Tamiang Berdampak kepada 200.450 Jiwa

“Supaya luapan banjir dapat teratasi, maka yang harus dilakukan adalah pengerukan Sungai Tamiang secara berkala. Dan yang pasti harus dilakukan pengerukan pintu muara Sungai Tamiang yang berada di kawasan Kuala Penaga – Bendahara. Ini perlu anggaran besar tapi dapat menjamin kerugian masyarakat akibat banjir selama ini”

ACEH TAMIANG — Direktur Civil Society Organisasi (CSO) Lembaga Bina Arsitektur Madani (Le’Bam), Zulkarnain Is, ST mengklaim dampak banjir yang melanda Kabupaten Aceh Tamiang berdampak kepada 200.450 jiwa.

” Dampak dimulai banjir dari tanggal 31 Oktober 2022 hingga 6 November 2022 berdampak secara tidak langsung kepada 200.450 jiwa,” Zulkarnain Is, ST kepada BERITANASIONAL.ID, Minggu (6/11/2022) di Karang Baru.

Hal itu sambungnya setelah dilakukan riset yang dilaksanakan dari tanggal 1 – 6 November 2022 terhadap banjir yang melanda dimulai dari tanggal 30 Oktober hingga H minus satu (H-1) air mulai surut tepatnya pada tanggal 6 November 2022.

Berdasarkan riset yang dilaksanakan selama enam hari dapat simpulkan bahwa dua pertiga (2/3) wilayah Aceh Tamiang terendam banjir. Sementara luas wilayah Aceh Tamiang tercatat 1.957 Kilometer persegi.

” 1.304 kilometer persegi wilayah Aceh Tamiang sehingga dengan luas wilayah yang terendam ini kita akulasi dari jumlah penduduk 300.618 jiwa maka yang terdampak baik lagsung maupun tidak langsung sebanyak 200.450 jiwa,” ulasnya.

Kemudian sambungnya dari riset yang dilaksanakan tersebut ada empat fase yang dilaksanakan.

Fase Pertama : Fase Luapan Air pada Hulu Aceh Tamiang yang dimulai dari tanggal 30 Oktober 2022 hingga 3 November 2022.

Fase Kedua : Timbulan air pada area cekungan dan sungai-aungai yang terjadi pada tanggal 3 November 2022.

Fase Ketiga : Area konsentrasi luapan air pada cekungan dan sungai-sungai yang dimulai dari tanggal 3 November 2022.

Fase Keempat : Area konsentrasi luapan air pada cekungan dan sungai-sungai dan terpola dengan kondisi Pasang-Surut air laut dan yang dimulai dari tanggal 3 November 2022.

“Fase keempat ini yang membuat kawasan hulu mengalami kondisi terparah. Karena pada fase ini terjadi laut dengan kondisi Pasang Mati,” jelas Zul Le’BAM.

Dari hasil riset juga dikerahui ada Fase Sendimentasi yaitu dimana dalam fase Sendimentasi ada luapan material dari proses banjir air sungai dari Hulu dengan berbagai material yang dibawa air sungai.

“Supaya luapan banjir dapat teratasi, maka yang harus dilakukan adalah pengerukan Sungai Tamiang secara berkala. Dan yang pasti harus dilakukan pengerukan pintu muara Sungai Tamiang yang berada di kawasan Kuala Penaga – Bendahara. Ini perlu anggaran besar tapi dapat menjamin kerugian masyarakat akibat banjir selama ini, ” analisa Zul Le’BAM

Menurut Zul Le’BAM riset yang telah dilakukan secara swadaya CSO Le’BAM tidak dapat dipungkiri dari data Tim Satgas Penanganan Banjir Aceh Tamiang yang menyatakan jumlah kampung yang terendam sebanyak 146 kampung dari 213 kampung di Aceh Tamiang.

“146 kampung berarti 68.5 persen Aceh Tamiang terendam dan berdasar data itu tercatat 29.014 KK mengungsi,” sebutnya.

Menurutnya setelah Bupati Aceh Tamiang Mursil menetapkan Status Tanggap Darurat Banjir dengan Keputusan Bupati Aceh Tamiang Nomor: 45/1140/2022, Tentang Penetapan Status Tanggap Darurat Penanganan Bencana Alam Banjir Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2022, tanggal 31 Oktober 2022, maka semua yang terdampak baik langsung maupun tidak harus tercatat secara benar dan akurasi data yang valid.

” Ini bencana dan selalu terjadi ketika hulu dilanda hujan deras dalam durasi yang cukup lama, jadi penanganan harus skala perioritas dan tercatat secara akurasi dan valid dalam hitungan jiwa,” sebutnya mengakhiri.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button