Pendidikan

Menimbang LP Ma’arif, Prospeknya Kini dan Mendatang

Oleh : Mohammad Hasyim

Tulisan ini di up date untuk menyongsong gerakan Ayo Sekolah NU 2021

Satu diantara prioritas program Pengurus Cabang NU Banyuwangi dari masa ke masa yang perlu mendapatkan perhatian lebih serius adalah bidang pendidikan. Dengan tanpa mengabaikan program lainnya, merealisasi program pendidikan bagi NU Banyuwangi adalah kewajiban yang mengikat tanpa embel-embel apapun. Wajib ain, titik ! Rentang waktu di setiap kepengurusan adalah kesempatan krusial untuk menyatakan keseriusan NU menggarap program strategis yang paling banyak bersentuhan dengan kepentingan warga NU Banyuwangi itu.

Sebagai ormas keagamaan terbesar di Banyuwangi, NU sangat berkepentingan terhadap efektifitas ketercapaian program dimaksud. Realisasi program pada tataran implementatif akan sangat membantu memperluas akses layanan pendidikan yang memadai, tidak saja bagi kepentingan anak-anak muda NU, akan tetapi juga bagi masyarakat lain pada umumnya. Dengan demikian peran kesemestaan (rahmatan lil alamin) NU Banyuwangi akan benar-benar dirasakan oleh umatnya, juga oleh umat-umat lainnya. Melalui program ini pula (pendidikan), setiap warga NU berkesempatan untuk mengaktualisasi proses sekaligus pengembangan kualitas dirinya secara total dan berkelanjutan.

Kiranya NU, secara kelembagaan sadar se sadar-sadarnya, bahwa tantangan kehidupan yang dihadapi oleh warganya sangatlah komplek dan berat. Tantangan tersebut tidak saja datang dari luar, yang memang secara terang-terangan akan terus melaju dan melindas warga NU yang tidak siap, akan tetapi yang tidak kalah gawatnya adalah tantangan yang justru berasal dari internal warga NU sendiri. Tantangan tersebut terhampar dihampir semua bidang kehidupan, sosial, politik, ekonomi, spiritual, idiologi, juga budaya.

Secara personal dan kasuistik tidak sedikit warga NU yang berhasil menaklukkan tantangan tersebut dan berbuah keunggulan, toh demikian yang pasif dan gagal mengelola tantangan tersebut jumlahnya jauh lebih banyak. Dengan kata lain, secara kelembagaan (baca; secara jama’ah) NU dan warga NU Banyuwangi belum bisa dilepas di rimba tempur persaingan tanpa bekal yang memadai. Alih-alih memenangkan peperangan dengan membawa pampasan perang, yang terjadi justru kalah dan menanggung malu tak tertanggungkan !

Siapaun pasti mengakui, sebagai ormas keagamaan di Banyuwangi, NU memiliki jumlah anggota yang sangat besar. Tidak ada sudut-sudut wilayah Banyuwangi yang tidak dihuni oleh warga NU. Belum lagi ditambah dengan simpatisan yang secara kultural memang dekat dengan tipikal organisasi kaum santri ini. Tetapi, justru disinilah letak persoalannya. Sebab anggota yang banyak jika tidak dikelola dengan baik, maka akan menjadi beban yang sangat berat bagi NU. Dan seperti inilah gambaran nyata NU Banyuwangi yang sesunnguhnya. NU mengalami problem keumatan (baca : pemberdayaan) yang sangat serius. Dan membebankan kerja pemberdayaan (civilization) hanya kepada seorang ketua cabang dan sebagian pengurus aktifnya tentu bukan sebuah pilihan bijak, apalagi menyalahkan. Jelas-jelas ini merupakan tindakan yang keliru. Sebagai ormas besar, NU bukan hanya milik ketua dan pengurus cabang lainnya. NU adalah milik bersama. Milik umat. Yang memilih jalan struktural maupun jalan kultural. Kejayaan NU Banyuwangi adalah kejayaan bersama. Keterpurukan NU Banyuwangi adalah penyesalan kita juga ! Lalu, dengan siapa NU banyuwangi harus berbagi ?

Menimbang kekuatan NU Banyuwangi tidak lengkap bila tidak pula menakar banon-banon di bawahnya. Mereka (para banon), adalah anak-anak dari keluarga inti NU yang telah diperluas (extended family). Analog dengan sebuah pohon, banon-banon itu, ya cabang-cabang dari sebuah pohon besar yang bernama NU itu ! Disini, NU Banyuwangi harus berbagi peran secara tepat dan proporsional, memikulkan ketiga program utamanya (pendidikan, kesehatan, dan ekonomi umat) kepada ahlinya, yang dimiliki oleh masing-masing banon. Identifikasi dan/atau seleksi secara rigid potensi NU, karenanya menjadi sangat penting, guna menghindari pembebanan pekerjaan/tanggungjawab kepada banon (orang) yang secara personal tidak cakap (kredibel).

Tidak terkeculai mengelola pendidikan ? Ya, tentu !. Ingat, pada bidang ini, lagi-lagi NU Banyuwangi sangat berkepentingan. Melalui program ini, NU bisa menjejalkan berbagai agenda penting untuk tujuan-tujuan rekayasa sosial umatnya, kini dan masa akan datang. Banyaknya warga NU di Banyuwangai berkorelasi secara signifikan terhadap banyaknya anak-anak muda NU yang harus diopeni, disekolahkan dan di didik supaya kelak menjadi kader-kader NU yang tidak saja cerdas, cakap, trampil, berahlak mulia, tetapi sekaligus militan. Secara konsisten mereka juga diharapkan menjadi penerus perjuangan para ulama NU dengan tetap berpegang teguh kepada panji-panji Aswaja dan nilai-nilai kejuangan NU lainya, yang akhir-akhir ini sedang menghadapi ”perang” besar. Dan inilah core (inti) jihad NU, bukan yang lain.

Dalam konteks ini, NU Banyuwangi harus membagi dengan LP Ma’arif. Dari sekarang, LP Ma’arif (juga sekolah-sekolah dilngkungan LP M’arif) harus segera bangkit dan berbenah diri untuk bisa memberikan layanan pendidikan yang prospektif bermutu sesuai kebutuhan warga dan anak-anak NU. LP Ma’arif patut berduka, karena sebagian besar anak-anak NU – termasuk anak-anak NU potensial – belum bisa sepenuhnya percaya kepada sekolah-sekolah yang di kelola oleh LP Ma’arif. Mereka lebih percaya kepada sekolah-sekolah negeri, atau sekolah-sekolah yang dikelola oleh ormas di luar NU. Tumbuh perasaan inverior (rendah diri) bila mereka harus sekolah di lembaga-lembaga pendidikan milik ma’arif, sebaliknya mereka bisa lebih bangga dan PD (percaya diri) bila bisa sekolah di lembaga-lembaga pendidikan di luar ma’arif. NU, dan juga kita, tidak bisa sepenuhnya menyalahkan mereka.
Secara pribadi dan warga negara mereka punya hak untuk menentukan pilihan, selama itu baik dan tidak dilarang oleh Islam dan bertentangan dengan undan-undang yang berlaku. Akan tetapi trend (kecenderungan) itu sejatinya bisa dicegah bila LP Ma’arif telah bisa menghadirkan sistem layanan pendidikan yang bisa memenuhi ekspektasi (harapan) anak-anak muda NU, orangtua, juga masyarakat pada umumnya. Mereka akan bangga dan berani menepuk dada dengan menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang di kelola oleh LP. Ma’arif tanpa rasa minder sedikitpun.

LP Ma’arif harus sadar, bahwa sebagai banon strategis NU Banyuwangi, ia mengemban amanat yang tidak ringan. Ia merupakan tampilan wajah NU paling depan. Bila bopeng, maka bopenglah wajah NU. Di hadapanya telah terbentang sederet tantangan yang mau tidak mau, suka tidak suka harus dihadapi. Di sisi kiri dan kananya, telah hadir kompetitor-kompetitor yang jumlahnya akan terus membengkak di masa-masa yang akan datang. Ini peluang, sekaligus ancaman yanga harus disikapi secara rasional. Solusi cepat dan cerdas harus segera di upayakan. Perombakan dan perumusan visi LP Ma’arif yang kontekstual dan menjangkau ke masa depan harus dikaji dan di konstruks kembali, untuk kemudian diturunkan kedalam misi, tujuan serta program kerja yang visibel,terjangkau dan terukur.

LP Ma’arif dan segenap jajaran pengurusnya harus mulai membiasakan diri untuk bekerja dengan perencanaan yang matang, sistematik dan holistik ditopang dengan basis data yang akurat, dianalisis dengan memanfaatkan kaidah-kaidah ilmu pengetahuan. Prinsip kerja dan/atau penyelesaian masalah yang parsial, insidental dan asal-asalan harus dihindari. Budaya kerja waton kober (asal sempat) harus disingkirkan. Tentu pembenahan management pada tataran konseptual, administratif dan operatif harus terus menerus diupayakan. Memilih dan menempatkan orang berdasarkan prinsip-prinsip meritasi (kecakapan) harus berani dilakukan oleh LP Ma’arif Banyuwangi. Karenanya peningkatan mutu SDM secara konsisten harus terus menerus dilakukan. Sistem informasi manajemen terkonsentrasi harus dibangun guna menghindari sikap mbalelo dan ” saling tikam” diantara sesama sekolah-sekolah ma’arif. Sejalan dengan tawaran terakhir, jaringan kelembagaan dengan LP Ma’arif wilayah, bahkan dengan LP Ma’arif pusat harus semakin intensif dilakukan dan semakin diperkuat.
Hal ini penting, agar proses mediasi dan/atau fasilitasi sekolah-sekolah ma’arif dengan pemerintah dan lembaga lainya di level yang lebih tinggi bisa di take over secara cepat dan terintegrasi dari satu pintu, yaitu LP Ma’arif. Dengan demikian, upaya meningkatkan daya gertak dan otoritas LP Ma’arif dimata sekolah-sekolah ma’arif bisa diwujudkan.
Lebih dari semua itu, yang tidak kalah penting adalah menyalakan api ” jihad” dikalangan pengurus LP Ma’arif tetap menjadi prioritas utama. Semua pengurus LP Ma’arif di semua level harus disadarkan bahwa berkhidmad di lembaga ini, tidak semata memenuhi hasrat professionalisme dengan segala konsekwensinya, tidak juga sekedar mengisi waktu luang, akan tetapi implementasi da’wah bagi kejayaan NU dan warga NU Banyuwangi. Hanya dengan menyatukan niat mulia serta aksi nyata secara bersamaan, insya Alloh prospek LP. Ma’arif ke depan akan semakin prospektif. Insya Alloh. (*)

Mohammad Hasyim, pernah menjadi guru di beberapa Sekolah Ma’arif Banyuwangi, Pengurus Dewan Pendidikan Kab. Banyuwangi 2020- 2025, mengajar Di IAI Ibrahimy Genteng Banyuwangi
Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button