CitizenLiterasiOpiniRagam

Penggunaan Bahasa Di Era Milenial

Oleh: Agung Septiadi *)

Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono (dalam Chaer, 2014:32) bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Fungsi utama bahasa adalah sebagai alat komunikasi antar manusia.

 

Generasi milenial, masa dimana adanya peningkatan penggunaan dan keakraban dengan cara berkomunikasi, media dan teknologi digital. Hal tersebut berdampak pada perkembangan bahasa Indonesia, keadaan yang ada sekarang adalah fungsi bahasa Indonesia mulai digantikan atau tergeser oleh bahasa asing dan adanya perilaku yang cenderung menyelipkan istilah bahasa asing. Padahal padanan dalam bahasa Indonesianya ada, dikarenakan sikap yang menyakini bahwa akan terlihat modern, dan terpelajar dan dengan alasan mempermudah komunikasi di era milenial. Istilah generasi Milenial saat ini sedang viral, khususnya di media sosial. Netizen sering menyebutnya dengan kids jaman now. Generasi ini hadir sebagai bentuk diferensiasi antara generasi zaman dulu yang eksis di tahun 90-an dengan generasi yang sedang eksis di zaman sekarang. Dari segia usia, bisa dikatakan generasi milenial adalah mereka yang saat ini berada pada rentang umur 15-30 tahun. Bahasa meliputi ungkapan, pengucapan kata, dan kontruksi yang telah dipakai dalam jangka waktu yang lama. Ungkapan, pilihan kata, dan konstruksi itu dipilih oleh penutur dari generasi yang berbeda dengan frekuensi yang berbeda pula. Bahkan, ada ada bagian bahasa lebih-lebih pada tataran leksikal dan sintaksis, yang dirasakan berbeda oleh penutur “modern” dengan yang “kuno”.

 

Seiring berjalannya waktu, kemampuan bahasa seseorang ikut berkembang sehingga dapat menimbulkan perubahan bahasa yang terjadi pada perilaku para penuturnya dalam kehidupan sehari-hari untuk saling menyesuaikan diri. Perkembangan salah satunya pada masa milenial, kita dapat menggunkan bahasa untuk  berkomunikasi dengan orang-orang yang jauh keberadaanya dengan kita lewat media sosial seperti; facebook, messenger, whatapp, twitter, instagram dan sebagainya. Dapat kita lihat penggunaan bahasa yang kita gunakan saat kita menggunakan salah satu media sosial diatas sangat berbeda. Karena teknologi yang semakin berkembang, memaksakan para kaum milenial di zaman sekarang kurang memperdulikan penggunaan bahasa yang seharusnya di gunakan. Di era milenial sekarang cenderung menggunakan bahasa atau ungkapan yang sedang tranding di seluruh dunia karena sebagai bentuk untuk memenuhi kata gaul.

 

Dampaknya yang terjadinya pada  fenomena tersebut kedudukan bahasa semakin menurun bahkan jarang orang yg menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Sehingga banyak orang yang berpendapat bahwa dalam berbahasa yang terpenting adalah saling mengerti satu sama lain dan nyaman dalam menggunakan bahasa itu, bukan hanya itu bahkan anak desa selalu mengikuti tren-tren yang ada di kota-kota besar, Jakarta contohnya, dimana mereka selalu menggunakan bahasa gaul Jakarta untuk berkomunikasi dengan teman-temanya, dan buruknya mereka jarang menggunakan bahasa daerah mereka sendiri, apa kalian salah satu dari anak desa yang keseharianya menggunakan bahasa yang sedang trending ?

 

Adapun contoh bahasa di era milenial dapat kita temukan dalam postingan postingan sosial media, seperti Instagram salah satunya dimana bahasa yang di gunakan adalah bahasa gaul atau bahasa yang sedang trending di zaman sekarang, misalnya seperti :

Kepo = Rasa ingin tahu

Sans = Santai

Sokin = Diajak bergabung

Baper = Bawa Perasaan

Dan masih banyak lagi tentunya bahasa-bahasa di era milenial yang dapat kita temukan.

 

Saran saya adalah tetap pertahankan bahasa daerah dimana kalian berasal, jangan malu untuk dianggap kampunganlah, kudetlah, katro atau yang lain sebagainya. Karena dari bahasa, kita bisa menggambarkan budaya dan jati diri sebuah bangsa. Itulah mengapa di bahasa Indonesia terdapat perbedaan kala berbicara dengan teman sebaya orang yang lebih tua, bahkan ayah dan ibu kita.

 

Tetaplah bangga dengan apa yang kita punya sekarang, pertahankan budaya Indonesia jangan sampai budaya orang luar digunakan dalam keseharian kalian, tetap harus menjaga moral dan martabat selaku pemilik budaya yang ada di Indonesia, jangan pernah malu mempamerkan sesuatu yang berasal dari Bangsa Indonesia.

 

Untuk yang sedang membaca, jaga diri kalian baik-baik, sehat selalu, salam hangat dari saya, sekian dan terimakasih. (*)

(*) Penulis adalah Mahasiswa pada Program Sastra Bahasa – Universitas Pamulang

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button