Artikel/OpiniRagam

Semesta Dilan : Ekosistem Bisnis dalam Dunia Sastra

Oleh : Roma Kyo Kae Saniro *)

BeritaNasional.ID — “Jangan rindu. Berat. Kamu gak akan kuat. Biar aku saja”. Kutipan tersebut merupakan salah satu manifestasi dari serangkaian contoh emosional dalam narasi Dilan, karakter sentral dalam karya sastra Pidi Baiq. Pernyataan ini membangun hubungan emosional dengan pembaca atau pemirsa, karena merangkum nuansa rumit dari hubungan romantis, di mana keputusan untuk menahan diri dari kehilangan seseorang disandingkan dengan ketidakmampuan untuk menanggung beban berat emosi yang mendalam.

Semesta Dilan yang dibangun oleh Pidi Baiq mengambil bentuk dalam empat novel yang membentuk satu narasi keseluruhan. Dimulai dengan Dilan: Dia adalah Dilanku tahun 1990 pada tahun 2014, kisah cinta antara Dilan dan Milea pada tahun 1990 menjadi dasar bagi perkembangan karakter utama, Dilan. Kelanjutan kisah ini diteruskan dalam Dia Adalah Dilanku tahun 1991 pada tahun 2015, yang tidak hanya memperdalam hubungan antara Dilan dan Milea tetapi juga menggali lebih dalam perkembangan karakter masing-masing tokoh. Pidji Baiq kemudian memperluas pandangan dengan Milea: Suara dari Dilan pada tahun 2016, memberikan perspektif Milea tentang romansa mereka, memberikan dimensi baru pada cerita dan karakter.

Akhirnya, Ancika: Dia yang Bersamaku pada tahun 2021 memperkenalkan karakter baru, Ancika, yang bersama-sama dengan Dilan membawa cerita ke dimensi baru dan mendalamkan narasi secara keseluruhan. Kesuksesan semesta Dilan tidak hanya tercermin dalam keberhasilan novelnya, melainkan juga dalam berbagai bisnis yang muncul seiring dengan adaptasi cerita ke dalam film, iklan, dan merchandise, menciptakan fenomena budaya yang merentang lintas media dan mendapat sambutan luas dari berbagai lapisan masyarakat.

Alam semesta Dilan, yang dibuat oleh Pidi Baiq, melampaui batas-batas novel tertulis. Melalui upaya sukses dalam mengadaptasi cerita ini ke dalam berbagai format media seperti bioskop, iklan, dan merchandise, Pidi Baiq telah secara efektif menciptakan fenomena yang dikenal sebagai transmedialitas. Konsep ini mencakup perluasan narasi atau konsep di berbagai platform media, sehingga memungkinkan penggemar untuk mengalami dan menikmati cerita melalui berbagai saluran.

Salah satu hal yang dapat menunjukkan suksesnya tranformasi Dilan adalah alih wahana ke film. Film “Dilan 1990,” yang dirilis pada 2018, menempati posisi kedua dalam hal penonton terbesar di Indonesia saat itu, mengumpulkan penonton 6,3 juta orang. Menampilkan Iqbaal Ramadhan dan disutradarai oleh Fajar Bustomi, film ini muncul sebagai fenomena yang sangat bergema di hati para penonton. Narasi Dilan tahun 1990 menceritakan kisah cinta antara Dilan dan Milea pada tahun 1990, membangkitkan sentimen nostalgia di antara mereka yang mengenang era 90-an. Selanjutnya, film ini dengan mahir menangkap esensi konflik dalam lingkungan sekolah, termasuk konflik yang timbul dari keterikatan romantis, yang berfungsi sebagai salah satu daya tarik utamanya.

Setahun kemudian, pada Februari 2019, Dilan kembali dengan penuh kemenangan ke layar perak dengan sekuelnya, Dilan 1991, yang juga disutradarai oleh Fajar Bustomi dan diproduksi oleh Pidi Baiq. Film ini berhasil memikat penonton sebanyak 5,3 juta orang, sehingga memperkuat statusnya sebagai salah satu film paling sukses di Indonesia. Dilan 1991 tidak hanya mendapatkan popularitas luas tetapi juga mencetak dua rekor yang diakui oleh MURI (Museum Rekor Dunia Indonesia). Rekor pertama dicapai melalui “Jumlah Penonton Premiere Terbesar pada Hari Pertama,” yang berjumlah 80 ribu orang. Rekor kedua dicapai dengan mengumpulkan “Jumlah Penonton Terbesar pada Hari Pertama,” mencapai sekitar 720 orang.

Kemenangan film “Dilan 1990″ dan sekuelnya Dilan 1991 tidak hanya membuktikan daya tarik yang kuat dari kisah cinta tetapi juga menyoroti kemahiran tim produksi dalam menyampaikan narasi menawan yang menarik perhatian penonton. Pencapaian rekor MURI tidak hanya membuktikan popularitas film di kalangan penonton tetapi juga menggarisbawahi dampak positifnya terhadap industri film Indonesia. Film-film Dilan berfungsi sebagai bukti yang tak terbantahkan tentang bagaimana sebuah cerita yang diadaptasi dari novel Pidi Baiq dapat melampaui ranah sinema dan menjadi fenomena kolosal, memikat perhatian ribuan bahkan jutaan pemirsa.

Tidak hanya sampai di sana, Dilan pun merambah ke iklan. Investigasi yang dilakukan oleh Tantri (2019) membawa perhatian pada dampak fenomena Dilan di ranah periklanan, khususnya dengan fokus pada iklan komersial Komix Herbal dan Periklanan Pengabdian Masyarakat Perindo Party. Penelitian ini memberikan kesempatan untuk memahami bagaimana keberhasilan Dilan sebagai karya sastra dan film telah dimasukkan dalam bidang pemasaran dan politik.

Pertama-tama, iklan komersial Komix Herbal telah menunjukkan kemampuannya untuk memanfaatkan pencapaian Dilan sebagai sumber daya untuk adaptasi. Iklan tersebut menghadirkan Dilan sebagai komponen yang dapat meningkatkan daya tarik produk Komix Herbal. Penelitian menunjukkan bahwa memasukkan Dilan dalam iklan semacam itu dapat menjadi strategi pemasaran yang efektif, mengingat popularitas karakter di kalangan masyarakat umum.

Selain itu, Iklan Pengabdian Masyarakat Parta Perindo juga menampilkan penggabungan karakter Dilan di ranah politik. Tantri (2019) menemukan bahwa iklan tersebut tidak hanya mencerminkan pengaruh novel dan film Dilan, tetapi juga menggabungkan unsur-unsur yang berkaitan dengan visi, misi, dan afiliasi politik partai-parpol. Ini menunjukkan bahwa popularitas Dilan digunakan untuk membentuk opini publik dan membangun citra yang menguntungkan di arena politik. Adaptasi Dilan dalam periklanan tidak hanya berfungsi sebagai sarana ekspansi komersial, tetapi juga menggambarkan bagaimana popularitas narasi dapat menjadi kekuatan pendorong dalam menyampaikan pesan politik, memanfaatkan narasi yang terkait dengan kisah sukses Dilan untuk mendukung agenda politik tertentu.

Kecakapan Pidi Baiq dalam membangun pemantik usaha bisnis yang berkembang dapat disamakan dengan JK Rowling, yang dengan mahir membangun alam semesta Harry Potter. Rowling, juga, dengan mahir mengubah dunia sihir yang dia buat menjadi film, video game, merchandise, dan berbagai format hiburan. Prestasi luar biasa ini dalam membangun ekosistem yang secara aktif melibatkan penggemar menghadirkan prospek bisnis yang luar biasa.

Dengan melibatkan penggemar dengan cara seperti itu, komunitas yang kuat yang berpusat di sekitar pekerjaan dipupuk. Ini tidak hanya menghasilkan pendapatan besar melalui penjualan langsung tetapi juga menumbuhkan loyalitas abadi di antara basis penggemar. Baik Pidi Baiq dan JK Rowling menekankan bahwa kesuksesan tidak hanya terletak pada kualitas tulisan itu sendiri, tetapi juga pada kemampuan untuk mengemas dan menyebarkan konten di berbagai platform media.

Dampak besar dalam industri hiburan, tidak hanya sebagai karya seni, tetapi juga sebagai sumber pendapatan yang substansial. Jumlah penonton yang luar biasa tinggi menciptakan peluang untuk pendapatan dari penjualan tiket bioskop, hak siar, dan platform streaming. Selain itu, film-film ini membuka pintu bagi potensi pendapatan tambahan melalui penjualan hak adaptasi, merchandise, dan lisensi lainnya. Selanjutnya, penciptaan merchandise Dilan menjadi salah satu aspek bisnis yang paling terlihat. Produk-produk seperti kaos, mug, dan barang-barang lainnya yang berkaitan dengan semesta Dilan memiliki daya tarik besar bagi penggemar setia. Dengan menjual merchandise, Pidi Baiq tidak hanya memonetisasi popularitas karakter dan cerita, tetapi juga menciptakan saluran yang efektif untuk terhubung dengan penggemar secara langsung. Hal ini menciptakan ekosistem bisnis yang berkelanjutan, di mana penggemar tidak hanya menjadi konsumen passif, tetapi juga berpartisipasi aktif dalam budaya yang dibangun oleh semesta Dilan.

Pentingnya menciptakan koneksi emosional dengan penggemar adalah kunci kesuksesan bisnis ini. Pidi Baiq tidak hanya menciptakan cerita yang disukai oleh banyak orang, tetapi juga membangun komunitas yang kuat di sekitar semesta Dilan. Koneksi ini membawa dampak positif pada loyalitas penggemar, yang cenderung lebih cenderung untuk terlibat dalam pembelian merchandise, tiket bioskop, dan produk terkait lainnya.

Keseluruhan, kisah sukses semesta Dilan tidak hanya menjadi fenomena budaya melainkan juga model bisnis yang berhasil. Pidi Baiq menunjukkan bahwa kisah yang mendalam, karakter yang kuat, dan penglibatan yang aktif dengan penggemar dapat menciptakan peluang bisnis yang luas. Dengan merangkul konsep transmedialitas, menggabungkan film, iklan, dan merchandise, Pidi Baiq membentuk ekosistem bisnis yang berkesinambungan, menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan dari karya seni yang dicintai oleh masyarakat. (Ay/BERNAS)

*) Biodata Penulis :
Nama : Roma Kyo Kae Saniro
Profesi : Dosen FIB Universitas Andalas
E-mail : romakyokae@hum.ac.id

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button