AcehDaerah

Sosok Wak Banun Yang Bertahan Hidup di Pekarangan TPU Alue Ie Mirah

BeritaNasional.ID, ACEH TIMUR — Sari Banun (65), seorang Janda miskin yang telah lanjut usia di Dusun Mesjid, Desa Alue Ie Mirah, Kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur berharap ‘mimpinya’ terkabulkan, bisa tinggal di rumah sendiri.

Mimpi itu selalu dihadirkan ke dalam do’a nya, agar suatu saat ada sosok dermawan yang datang untuk mewujudkan harapannya itu, memiliki rumah layak huni di atas sepetak tanah peninggalan pusaka suaminya yang berada disudut sungai Desa Alue Ie Mirah.

Betapa tidak, belasan tahun selepas suaminya meninggal dunia, Sari Banun tinggal di pekarangan tempat pemakaman umum (TPU) Alue Ie Mirah hingga saat ini di sudut Balai tua Kuburan.

Matanya yang mulai rabun dan kulitnya telah keriput, sapaan Wak Banun ini juga mulai sakit-sakitan disebabkan faktor usia.

Jika beberapa tahun silam, untuk menopang perutnya demi bertahan hidup, Wak Banun berprofesi sebagai tukang nyuci pakaian dengan memanfaatkan aliran sungai Alue Ie Mirah.

Namun apa daya, aliran sungai tersebut kini telah keruh dan tercemar diduga oleh kenakalan perusahaan di Indra Makmu.

Bahkan, beberapa bulan lalu sungai tersebut berulang kali tercemar diduga limbah pabrik kelapa sawit (PKS) milik PT Bugak Palma Sejahtra (BPS) yang berada dekat dengan pemukiman warga.

Kini, untuk menyambung hidupnya, Wak Banun hanya berharap dari belas kasian tetangga dan para dermawan. Kadang kala, ia juga mendapatkan sedekah dari para peziarah kubur.

“kadang saya musing ke pasar, ada yang manggil, kasi sedekah atau makanan, Alhamdulillah bisa untuk menopang perut satu atau dua hari” ungkap Wak Banun saat ditemui BeritaNasional.ID di TPU Alue Ie Mirah, Jum’at (08/10/2021).

Bahkan ia terpaksa berpuasa, karena memang tidak ada makanan yang dapat ia makan, “sering tidak makan itu biasa, karena memang tidak ada makanan”, ujarnya dengan mata berkaca-kaca.

Kadang kala, ia berharap kepada anak perempuannya, namun apa daya anaknya berada jauh di perantauan dan tak kunjung pulang karena faktor ekonomi.

Anak lainnya yang berada di Desa tetangga juga tidak dapat berbuat banyak, sama halnya yaitu faktor ekonomi, meski sesekali ia menjenguk ibunya yang tinggal sebatang kara disudut gubuk balai TPU tersebut.

Ironisnya, sosok Janda lansia ini tidak tersentuh dengan nikmat dari Kementrian Sosial (Kemensos RI) seperti Program Keluarga Harapan (PKH), Program Bansos Tunai untuk Peserta Program Sembako/BPNT Non-PKH, serta Bansos Beras (BSB).

Ini salah siapa? Atau mereka yang tidak peduli?

Ratna, pendamping PKH wilayah Alue Ie Mirah, Kecamatan Indra Makmu dihubungi awak media ini membenarkan atas nama Sari Banun belum terdata sebagai penerima manfaat bantuan dari program PKH.

“Tidak ada peserta atas nama Sari Banun di PKH” ujarnya.

Terkait layak atau tidak layaknya untuk menerima bantuan tersebut, Ratna mengaku kurang tau disebabkan ia tidak kenal dengan Sari Banun.

“kalo emang ada pengaduan tentang kenapa si ibu itu tidak dapat bantuan, nanti boleh jumpai saya langsung ya, biar saya jelaskan terkait PKH, dan syarat menjadi peserta PKH” balasnya singkat melalui pesan WA.

Sementara itu, tenaga kesejahteraan sosial kecamatan (TKSK) Indra Makmu Kamto, membenarkan Janda tua itu belum mendapatkan bantuan dari program Kemensos.

Menurutnya, hal itu disebabkan mungkin ia belum terdata kedalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) yang saat ini wewenang dipegang oleh Desa.

“Coba cek dulu ke Desa, apa terdata di dalam DTKS, karena yang berhak menyusulkan itu Desa, kami hanya pendamping program, dan tidak ada wewenang untuk menyusul bantuan itu kecuali jika sudah terdata dan di rekom oleh Desa maka akan kita usulkan ke program” jelasnya.

Sayang seribu sayang, sosok Wak Banun ini memang tak banyak dikenal orang, bahkan oleh tenaga pendamping PKH di Desanya. Entah karena ia Janda miskin? Atau memang nasibnya yang kurang beruntung.

Walau demikian, keseharian Wak Banun sangat mulia, hampir tiap hari ia membersihkan pekarangan TPU, pengabdian ini telah dijalankan bertahun-bertahun dengan ikhlas tanpa berharap imbalan dari mana pun, ia yakin, sekecil apapun kebaikan akan di balas oleh Allah SWT.

Biasanya, kebiasaan Wak Banun dapat dipandang dari kejauhan, setelah ia menyapu pekarangan TPU dan balai, dikala sore ia duduk di sudut balai sambil menatap kearah batu nisan sembari berharap ada dermawan datang.

“Wak Banun ini orang baik, ia selalu sholat setiap waktu di atas balai itu, bahkan setiap acara pengajian pemuda malam sabtu beliau selalu hadir bersama kami di balai TPU” cerita salah satu pemuda setempat Romi Syahputra.

Selain itu, Sekdes Desa Alue Ie Mirah Hendrik juga membenarkan Sari Banun belum tersentuh bantuan dari program Kemensos disebabkan belum dimasukan kedalam data DTKS melalui Desa.

“Insya Allah akan segera kita daftarkan dan kita usulkan ke program Kemensos” pungkas Hendrik.

Menurutnya, selama ini Wak Banun hanya terdata kedalam penerima manfaat bantuan langsung tunai (BLT) Covid-19 anggaran Desa.

“dua tahun ini ia terdaftar sebagai penerima manfaat BLT Desa” tutup Hendrik.

Semoga pengabdian Wak Banun selama ini menjadi amal ibadahnya nanti, mimpi dan do’a nya juga agar segera Allah kabulkan, amiin.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button