AcehDaerah

Tempe Bungkus Daun Yang Khas Dari SKM Indra Makmu

BeritaNasional.ID, ACEH TIMUR — SKM merupakan singkatan nama daerah yaitu Suka Makmur. Suka Makmur adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Aceh Timur.

Dari sejarahnya, Suka Makmur diangkat dari sebuah kisah masa lalu tentang sekelompok orang yang suka hidup dengan aman dan makmur dibidang pertanian, maka dari kisah tersebut diberilah sebuah nama yaitu Gampong Suka Makmur.

Di desa tersebut, terdapat tiga dusun yang terbagi yaitu Dusun Paya Kenanga, Dusun Suka Makmur, dan Dusun Mulya Jaya.

Salah satu warga desa Suka Makmur memiliki rumah produksi tempe yang masih hits hingga saat ini. Rumah produksi ini terbilang sederhana, namun hasil dari produksi tempenya sudah dikenal banyak orang.

Tempe berasal dari produk fermentasi biji kedelai dengan enzim rithopos oligospora yang bergizi tinggi dan berkhasiat sebagai obat. Tempe juga sangat bermanfaat bagi kesehatan karena mengandung kadar lemak rendah sehingga baik untuk penderita jantung, kolesterol, dan hypertensi.

Di langsir dari Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 19 Nomor 71 Tahun XIX Maret 2013, yang berjudul “Manfaat Tempe Bagi Kesehatan Tubuh”, ditulis oleh DRA. Frida Dinar M.Pd, dalam jurnal ini dijelaskan betapa banyak manfaat tempe bagi kesehatan tubuh, diantaranya: (1) Anti oksidan yang terkandung di dalamnya membantu proses pencegahan penuaan dini dan mencegah sel kanker, (2) Menjaga kesehatan jantung, hal ini dikarenakan kacang kedelai memiliki kandungan lemak yang rendah berkisar 73% asam lemak tak jenuh, (3) Untuk kecantikan yaitu menghaluskan kulit, menyembuhkan jerawat, menyuburkan rambut, dan melangsingkan tubuh (info sehat, 2007), (4) Kadar Fe dalam kacang kedelai baik untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan, ibu hamil dan anak sekolah(andrian, 2004), (5) Anti infeksi karena tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi kapang tempe ( Thilopus Oligosporns), serta banyak lagi manfaat lainnya.

Rumah produksi tempe ini bertempat sekitar jarak 100 meter arah timur dari masjid Miftahul Jannah desa Suka makmur. Menurut informasinya, mengolah biji kedelai menjadi tempe ini merupakan keahlian turun menurun yang diwariskan kepada anaknya untuk diteruskan produksinya. Dari hal ini, sudah tidak diragukan lagi jaminan kualitas yang diberikan.

Untuk memenuhi target pemasaran, seharinya mampu menghabiskan sekitar 30-35 Kg kacang kedelai. Satu tahun belakangan ini, harga kacang kedelai melambung naik yang membuat semua pengrajin dan rumah produksi yang berbahan kacang kedelai cemas.

Namun, rumah produksi tempe yang ada di desa Suka makmur ini mengambil inisiatif untuk tetap produksi. Dari biasa sebelum adanya kenaikan harga kedelai, untuk harga tempe yang dijual hanya Rp2000,- dan sudah mendapatkan empat bungkus tempe ukuran kecil.

Namun, semenjak adanya kenaikan harga kedelai ini maka tidak bisa dipungkiri untuk kenaikan produksi tempe sebagai inisiatif produksi. Harga saat ini berkisar Rp1000,- (perbungkus) untuk ukuran yang bisa digambarkan dua bungkus tempe yang dijadikan satu dan diperkecil sedikit.

Ukuran tempe yang diproduksi pun ada beberapa ukuran, mulai dari ukuran besar (dua bungkus tempe yang dijadikan satu) ini, kemudian ukuran lebar (didalamnya terdapat 3 lapis tempe yang tipis dan lebar) yang masing-masing harganya hanya Rp1000,-. Tidak hanya itu, jika ada pelanggan yang minta untuk dibuatkan tempe yang ukuran kecil, mereka juga bersedia untuk membuatkannya. Untuk ukuran kecil ini dihargai Rp500,- perbungkusnya, namun tidak untuk dijadikan stok melainkan harus pesan terlebih dahulu jika menginginkan ukuran tersebut.

Yang menjadi perhatian khusus yaitu dari pembungkus tempe tersebut, berbeda diantara banyaknya produksi tempe yang ada. Setiap hari, rumah produksi ini mampu untuk mendapatkan dua hingga tiga karung goni daun yang digunakan sebagai pembungkus tempe. Daun yang digunakan juga unik, bentuknya lebar dan besar dan berwarna hijau seperti daun jati (tetapi bukan daun jati yang dimaksud). Panjang daun ini sekitar 30-37 cm, sedangkan lebarnya berkisar 20-30 cm. Daun ini ditargetkan memenuhi kebutuhan untuk membungkus tempe sekitar 1000-1200 bungkus perharinya.

Pada umumnya plastik merupakan bahan yang digunakan untuk membungkus tempe, ada juga pengolahan tempe yang mengandalkan daun pisang sebagai bahan pembungkusnya. Semua itu mungkin dianggap kurang evisien, karena keterbatasan daun pisang dan harga yang lumayan mahal, sehingga muncul ide pemanfaatan daun (yang mirip dengan daun jati) itu untuk dijadikan bahan pembungkusnya. Selain lebih ekonomis, daun ini juga bisa dimanfaatkan dengan jumlah banyak sehingga mampu memenuhi kebutuhan untuk bahan baku pembungkus tempe.

Tidak hanya dikenal warga sekitaran desa Suka Makmur saja, namun produksi tempe ini mampu dikenal hingga sampai kecamatan tetangga. Cita rasa tempe yang tidak berubah membuat produk tempe ini dikenal luas. Banyak rasa tempe ketika digoreng atau diolah menjadi masakan, rasanya bermacam-macam. Ada yang dirasa sedikit asam, terasa berbau kurang sedap mungkin ini disebabkan proses pengolahannya yang kurang maksimal.

Menjaga kualitas merupakan fokus utama dari rumah produksi tempe yang berada didesa Suka makmur ini, pengolahan yang maksimal merupakan standar oprasional yang harus dijunjung tinggi. Produksi tempe ini tidak sebatas dikenal oleh warga sekitar, namun produksi tempe ini juga sudah dikenal sebagian kecil warga dikota lain, seperti Idi, Langsa, Medan, bahkan Banda Aceh sekalipun. Hal ini disebabkan karena produksi tempe ini merupakan oleh-oleh andalan yang dibawa dari desa Suka Makmur.

Jika pembaca penasaran dengan rasa gurihnya produk tempe ini, boleh langsung datang ke rumah produksi tempe yang ada di desa Suka makmur. Tentunya harga jual di pasar dengan harga juga yang langsung beli di rumah produksinya juga berbeda. Jika penasaran dengan rasanya, boleh langsung berkunjung ke desa Suka makmur, Kecamatan Indra Makmu, Kabupaten Aceh Timur.

Penulis: Khoiry Faqih, Mahasiswa IAIN Langsa dan Peserta KPM Tematik Tahun 2021

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button