TNI Dan Polri

Upacara Peringatan Ke-72 Hari Bakti TNI Angkatan Udara Tahun 2019 di Medan

BeritaNasional.ID Medan – Tanggal 29 Juli 1947 merupakan hari bersejarah bagi Angkatan Udara Republik Indonesia, karena pada hari itu ksatria muda Angkatan Udara kadet udara I Suharmoko Harbani, kadet udara I Mulyono dan kadet udara I Sutardjo Sigit dengan gagah berani menyerang tangsi militer Belanda di Semarang, Salatiga dan Ambarawa. Serangan udara ini sebagai aksi balasan terhadap agreasi militer Belanda pada tanggal 21 Juli 1947 yang menghancurkan pangkalan di Jawa maupun Sumatera. Salah satu pangkalan udara yang luput dari serangan adalah pangkalan udara Maguwo karena pada saat itu pangkalan tengah diselimuti kabut.

Operasi penyerangan balasan ke tangsi militer Belanda di mulai pada Jam 05:00 Wib dengan menggunakan pesawat Guntei dan Cureng yang take off di lapangan udara Maguwo yang dipiloti oleh Kadet udara I Mulyono dengan air gunner Dulrahman yang terbang terlebih dahulu menuju Semarang dengan membawa 400 kg bom. Disusul dengan pesawat Cureng dipiloti oleh Kadet udara I Sutardjo sigit dengan juru tembak Sutardjo dan Kadet Penerbang Suharnoko Harbani dengan juru tembak Kaput.

Selanjutnya pada sore harinya pesawat Dakota VT-CLA yang membawa obat-obatan sumbangan dari Palang merah Malaya untuk Palang merah Indonesia ditembak jatuh oleh pesawat pemburu P-40 Kitty Hawk Belanda dengan menggunakan senapan mesin dan berhasil mengenai mesin sebelah kiri pesawat, yang mengakibatkan pesawat VT-CLA jatuh dipematang sawah Desa Ngoto, Bantul sebelah selatan Yogyakarta. Untuk mengenang dan mengabadikan peristiwa tersebut maka tanggal 29 Juli 1955 dijadikan hari Berkabung AURI dan tanggal 29 Juli 1962 nama tersebut dirubah jadi hari Bakti TNI AU. Senin (29/7/2019).

Hari ini tepat tanggal 29 Juli 2019, segenap Personel TNI AU di Medan melakukan Upacara peringatan Hari Bakti TNI AU ke-72, bertempat di lapangan bola Nawa Tunggal Lanud Soewondo.

Bertindak sebagai inspektur upacara adalah Asisten Personel Kosekhanudnas III, Kolonel Adm Dedy Hendra dan Mayor Adm Hotber Manurung sebagai Komandan upacara dan perwira upacara adalah Kapten Sus Helmi Wardoyo.

Kepala Staf Angkatan Udara, Marsekal TNI Yuyu Sutisna, S.E., M.M dalam amanatnya yang dibacakan oleh Kolonel Adm Dedy Hendra mengatakan bahwa gugurnya para pahlawan udara, adalah sebuah kemenangan sekaligus kehilangan besar bagi TNI Angkatan Udara. Maka, kedua peristiwa tersebut selalu diperingati, karena banyak nilai-nilai moralitas yang wajib diketahui dan diteladani oleh generasi penerus TNI Angkatan Udara. Para pahlawan Hari Bakti gugur untuk menancapkan tonggak sejarah, maka tugas generasi penerus adalah merawat dan mengembangkan moralitas tersebut dalam pengabdian di masa depan. Keputusan untuk menyerang Belanda di Semarang, Ambarawa dan Salatiga, terjadi bukan karena paksaan pemerintah, namun sikap spontan pimpinan TNI Angkatan Udara untuk melawan musuh negara. Ada keteladanan sikap ambeg parama arta atas terjadinya keputusan tersebut, karena para pemimpin Angkatan Udara mendahulukan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan golongan. Terkandung juga keteladanan sikap gotong royong karena TNI Angkatan Udara ingin bersama-sama menanggung beban untuk mengatasi kesulitan bangsa.

Serangan udara di tiga kota juga mengajarkan role model tentang moralitas terbaik yang harus dimiliki oleh prajurit TNI Angkatan Udara. Tiga kadet penerbang yang menyerang Semarang, Salatiga, dan Ambarawa, bukan orang kaya ataupun anak orang kaya, dan bukan pejabat tinggi. Bahkan, mereka adalah kadet-kadet sekolah penerbang TNI Angkatan Udara yang belum memiliki pangkat di pundaknya. Namun mereka mampu menorehkan prestasi emas pada usia belia. Ini adalah bukti, bahwa negara dan bangsa akan selalu memberikan penghormatan terbaik kepada siapa pun yang berbakti dan berprestasi, tanpa melihat status sosial, umur, pangkat, dan jabatan. Bung Karno menegaskan, “Beri aku seribu orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku sepuluh pemuda niscaya akan kuguncangkan dunia.” Ini semua adalah pesan moral untuk generasi muda penerus TNI Angkatan Udara, agar berprestasi dan berkarakter terbaik sejak usia muda. Tragedi gugurnya tiga putra terbaik TNI Angkatan Udara pada sore hari tanggal 29 Juli 1947, adalah duka mendalam bagi bangsa. Komodor Udara Prof. Dr. Abdulrahman Saleh, adalah profil prajurit jenius dan multitalenta pada zamannya. Abdulrahman Saleh adalah mahaguru ilmu kedokteran yang rela meninggalkan dunia pendidikan untuk bergabung dengan Angkatan Udara. Beliau adalah sosok ringan tangan dan penerbang hebat yang ikut mendirikan RRI serta merintis ilmu fisiologi kedokteran Indonesia. Komodor Udara Agustinus Adisutjipto adalah perwira cerdas, penerbang tangguh, dan pendiri Sekolah Penerbang TNI Angkatan Udara. Sementara Opsir Muda Udara Adi Soemarmo Wiryokusumo adalah perwira muda inovatif dan pendiri Sekolah Radio Telegrafis pertama di lingkungan TNI Angkatan Udara.

Momen gugurnya ketiga pahlawan udara tersebut mengingatkan kita, bahwa selalu ada risiko dalam pelaksanaan tugas sebagai prajurit udara. Namun tidak boleh sekalipun, sedetik pun, ada rasa ragu, gentar, apalagi takut. Menjadi prajurit udara adalah jalan hidup yang dipilih Tuhan untuk kita. Kita, prajurit udara, adalah prajurit yang lahir dan tumbuh besar bersama negara. Kita bukan prajurit sewaan, bukan prajurit yang menjual tenaganya karena hendak berebut sesuap nasi, dan bukan pula prajurit yang mudah dibelokkan haluannya karena tipu muslihat dunia. Kita adalah prajurit setia yang ikhlas membaktikan jiwa dan raga bagi keluhuran bangsa dan negara.

Kita adalah generasi TNI Angkatan Udara yang beruntung, karena negara sedang aman, sejahtera, dan tidak berhadapan dengan agresi militer negara lain. Maka, spirit Hari Bakti TNI Angkatan Udara harus dimanifestasikan dalam proses pembangunan postur kekuatan dan kemampuan TNI Angkatan Udara yang profesional dan modern. Kita tidak boleh lengah dan abai, karena tugas TNI Angkatan Udara tidak semakin ringan. Kita harus berhadapan dengan kemajuan teknologi di era Revolusi Industri 4.0 yang dipenuhi sistem siber-fisik dan ancaman hibrida yang siap menghancurkan bangsa Indonesia dengan berbagai cara. Dalam rangka menghadapi situasi ini, maka pembangunan kualitas SDM harus menjadi prioritas utama. Momen Hari Bakti TNI Angkatan Udara Tahun 2019 adalah saat tepat untuk membangun komitmen, bahwa TNI Angkatan Udara mampu mencetak kader-kader prajurit yang berkarakter sama hebatnya dengan para aktor sejarah Hari Bakti TNI Angkatan Udara.

“saya ingin memotivasi seluruh prajurit TNI Angkatan Udara. Ingat dan resapi roh pengabdian para prajurit udara yang berjuang dan gugur di hari yang suci ini. Bangun prestasi dan karakter kejuangan kalian sejak dini. Banggalah karena berprestasi dan bukan karena hal-hal lainnya. Kalian hebat bukan karena pangkat atau harta, tapi karena apa yang ada dalam isi kepala dan hati kalian. Bangunlah mimpi dan visi tentang Angkatan Udara kita tercinta ini, dengan sehebat-hebatnya, dari kecerdasan isi kepala dan kesucian hati kalian. Hari suci ini adalah cetak biru moralitas kepemimpinan ideal Angkatan Udara, yang telah mengalir dari tetes darah para pahlawan. Jika kalian mau berusaha, nama kalian bisa seharum nama para pejuang dan para pahlawan. Apakah perjalanan sejarah kalian nantinya akan terukir dengan tinta emas, biru, atau merah. Itu juga terserah apa pilihan kalian. Namun ingatlah, prajurit biasa akan bekerja biasa. Prajurit baik akan bekerja baik. Prajurit hebat tidak hanya bekerja hebat, namun mampu menginspirasi prajurit lain untuk menjadi yang terhebat dari siapa pun, ”pungkas Kasau.

Upacara yang berlangsung khidmat ini turut dihadiri oleh para pejabat TNI AU di wilayah Medan, anggota PPAU Medan, Pengurus IKKT Kosekhanudnas III, Ketua PIA Ardhya Garini cabang 15 / D I Lanud Soewondo Ny. Dirk Poltje Lengkey beserta pengurus, Pengurus PIA AG abang Wing III Paskhas, para Kepala Sekolah, guru dan siswa-siswi Sekolah Angkasa serta para Pramuka Saka Dirgantara. (Kiel)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button