BondowosoDaerahHukum & KriminalJawa Timur

Aktivis Perempuan Bondowoso Nilai Satgas PPA Lamban Tangani Kejahatan Seksual Timpa Bocah Yatim Piatu

BeritaNasional.ID, BONDOWOSO JATIM – Murti Jasmani, aktivis perempuan Bondowoso menilai sikap Satuan Tugas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) lamban menangani kejahatan seksual yang menimpa bocah yatim piatu kelas VI SD di Kecamatan Sukosari.

Menurut Murti, sapaannya, Satgas PPA ini merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah, salah satu fungsinya untuk menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak. Satgas ini terdiri dari sejumlah instansi.

“Mulai dari Kepolisian, Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinsos P3AKB, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Kominfo, Psikolog, Konselor dan sejumlah instansi terkait lainnya,” kata Murti pada BeritaNasional.ID, Sabtu 27 Januari 2024.

Seharusnya, kata Murti, Satgas PPA bergerak cepat melakukan penanganan pada korban dan memberi tindakan hukum secara cepat pada pelaku. Sedangkan Dinsos P3AKB bersama tim harus melakukan asesmen terhadap korban.

Kemudian Rumah Sakit atau Dinas Kesehatan memberikan pendampingan pemulihan terhadap dampak psikologi yang dialami korban. Murti menjelaskan, Satgas itu dibentuk agar dapat meminimalisir, bahkan mencegah terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak.

Kejadian ini masih sering terjadi di Bondowoso. Satgas PPA, juga harus mampu mengimplementasikan Peraturan Daerah (Perda) Nomor 4 Tahun 2020 tentang penyelenggaraan Kabupaten Layak Anak (KLA).

“Satgas PPA ini juga harus memberikan pendampingan hukum pada korban dan menjamin hak-hak anak yang telah menjadi korban kejahatan seksual,” ujarnya. Menurut Direktur LSM Edelweis Bondowoso ini, seharusnya Satgas PPA segera melakukan konsolidasi internal untuk mengambil langkah cepat dan tidak harus menunggu mendapat kritikan dari masyarakat.

“Mereka harus tahu secara utuh tentang kondisi korban saat ini, dampak psikologi pasca kejadian. Satgas PPA ini harus mengetahui mengapa korban tidak mau masuk sekolah, dan mengapa harus tinggal di Banyuwangi,” ujarnya.

Perempuan yang juga menjabat sebagai Ketua Forum Pemerhati Pelayanan Publik (FP3) Bondowoso ini menilai, kasus ini sangat krusial dan sangat miris. Terbukti pelaku sudah punya istri dan 2 orang anak.

 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button