Opini

CAWE CAWE ANAK BANGSA DALAM PERSFEKTIF KEARSIPAN

Oleh: Irzal Natsir, SE, M.Si *

BeritaNasional.Id– Boleh jadi banyak khalayak pada bertanya terkait judul yang penulis ambil pada tulisan ini mengingat kata-kata ini saat ini menjadi trending socmed yang berseliweran di jagad media. Tanpa bermaksud subyektifitas ataupun berburuksangka, cawe cawe secara definitif sesuai penjelasan dari Seorang Guru Besar linguistik di Indonesia adalah berasal dari bahasa jawa yang kurang lebih maknanya adalah turut serta dalam menangani sesuatu, yuuk berpositive thingking aja.

Perhitungan dari almanak, 75 hari kedepan dari saat ini kita akan kembali bertemu hari yang sangat spesial, hari yang sangat istimewa, hari dimana hati, jiwa dan pikiran kita akan bereuforia mengenang semangat patriotisme, nasionalisme, idealisme, heroisme yang pantang kendor dalam menzerokan bumi pertiwi dari pijakan kaki kaki para penjajah. 17 Agustus 1945 menjadi tonggak  hadirnya Indonesia baru yang lepas dari belenggu penjajahan. Hanya selembar arsip yang saat ini fisiknya dimakan oleh perjalanan masa dan periodik bangsa tetapi informasinya tak lekang oleh waktu karena memplokamirkan kemerdekaan Republik Indonesia yang dibacakan oleh Paduka Yang Mulia, Panglima Tertinggi Angkatan Perang, Pemimpin Besar Revolusi, Presiden Pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno didampingi Mohammad Hatta dan tokoh bangsa lainnya.

Arsip Teks Proklamasi yang saat ini telah berwarna usang karena umur yang sudah uzur tetap tersimpan rapi dan aman menjadi legacy informasi bagi generasi penerus bangsa ini kedepan, begitu menggambarkan diorama perjuangan bangsa ini dan menjadi bukti yang riil bahwa kemarin para pejuang negeri ini mulai dari Pimpinan Tertinggi hingga rakyat kecil cawe cawe didalam memerdekakan bangsa ini dari cengkeraman penjajah bahkan memulai dari nol membangun Indonesia sebagai bangsa yang merdeka dengan semboyan berdikari menuju Indonesia yang makmur dan sejahtera serta mencerdaskan anak bangsa sebagai tumpuan dan harapan menuju Indonesia yang lebih baik saat itu. Sebagai memori bagi bangsa ini, arsip pun berperan untuk terus mengingatkan anak cucu kita bahwa bangsa Indonesia ini tidak ucuk ucuk terbentuk ataupun sebagai hadiah atas kasih sayang dari penjajah melainkan melalui proses yang sangat panjang hingga mencapai tahap kelelahan yang sangat, tapi hal inipun tak menjadi alasan didalam mengendorkan semangat perjuangan. Arsip pun menjadi bukti akan gigihnya anak bangsa yang cawe cawe dengan bergotong royong, bersinergi dalam kebenaran mengusir penjajah dari bumi Nusantara yang kita cintai bersama yang kesemuanya tergambar didalam tulisan demi tulisan yang melekat pada fisik arsip yang tertata secara rapi dan kronologis pada ruang-ruang penyimpanan arsip di negeri ini.

ARSIP BUKTI CAWE CAWE DAN SIMPUL PEMERSATU BANGSA
Sebagai informasi dan kegiatan yang terekam dalam berbagai bentuk media baik konvensional maupun digital yang dilaksanakan oleh Lembaga Negara, pemerintah daerah, organisasi perpolitikan, organisasi kemasyarakatan, perorangan, dan stakeholder lainnya dalam kehidupan bernasyarakat, berbangsa dan bernegara maka seyogyanya informasinya mengandung nilai-nilai kebangsaan yang tinggi (Value Nation) walau tak dipungkiri bahwa pada prinsipnya secara esensi arsip itu bersifat obyektif karena mencatatat perjalanan kehidupan pemerintahan secara holistik bukan hanya yang baik-baik  saja melainkan juga yang buruknya. Pada satu sisi arsip pun secara urgensi bisa bersifat subyektif karena  berperan tuk menjadi alat kontrol didalam mengevaluasi hasil keputusan ataupun kebijakan yang dibuat ataupun ditetapkan. Disinilah jika berkaca dari terminologi kearsipan kita mengenal arsip sebagai penyokong tindakan yang disebut Supportif, ataupun arsip sebagai bukti ataupun hasil dari sebuah tindakan yang dikenal dengan sebutan Probatif.

Secara histori arsip pun  secara positif menggambarkan realita kebangsaan, perubahan perubahan kenegaraan, karakter karakter kebangsaan bahkan hingga karakter karakter pemimpin bangsa mulai awal kemerdekaan hingga saat ini bagaimana cara kepemimpinan, komunikasi, interaksi hingga cawe cawe dalam menyikapi kondisi bangsa. Ya tak ada karakter yang sempurna , dan sebuah keyakinan tak ada pemimpin bangsa yang tak mencintai bangsanya, tak ada pemimpin negara yang tak mencintai negerinya, untuk itu gotong royong yang menjadi tradisi nenek moyang negeri ini perlu terus dihidupkan, dilestarikan dan dilakukan agar bangsa dan negeri ini terus bersemangat dalam menggapai tujuan bangsa ini, dan pada akhirnya arsip pulalah yang tak henti memberikan kabar dan informasi kepada anak bangsa kedepan akan peradaban bangsa ini di masa lalu dan masa sekarang serta menjadi perekat dan simpul pemersatu bangsa.

 

Penulis:
Irzal Natsir, SE, M.Si
Arsiparis Ahli Madya Pemprov.SulSel /
Sekretaris Umum Pengurus Wilayah
Asosiasi Arsiparis Indonesia ( AAI)
Provinsi Sulawesi Selatan

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button