TNI Dan Polri

Mengenang Sejarah, Danki 1 Yon C Pelopor SatBrimob Jatim Tinjau Monumen Bekas Markas Mobrig (Mobil Brigade) di Banyuarang

BERITANASIONAL.ID, JATIM – Dalam upaya merawat ingatan dan tidak melupakan sejarah, Komandan Kompi 1 Batalyon C Pelopor Satuan Brigade Mobile (Brimob) Polda Jawa Timur (Jatim), AKP Anacleto Soares, S.H didampingi PS. Pamin Aiptu Aroiyan melaksanakan survei Monumen Sejarah perjuangan Brimob di Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Jombang, Senin (30/5/2022).

Alito sapaan akrab AKP Anacleto Soares,. S.H mengatakan, giat peninjauan ini dilakukan untuk mengetahui sejarah asal muasal monumen sejarah perjuangan Brimob yang berada di Desa Banyuarang yang merupakan markas perjuangan Brigade mobil dalam merebut Kemerdekaan RI dari penjajah Belanda.

“Harapannya, kami sebagai generasi penerus dan pewaris perjuangan para pahlawan/ anggota Brimob untuk tidak melupakan sejarah. Itu yang utama,” terang Alito kepada Beritanasional.id, Senin (30/5/2022).

Seperti diketahui, Monumen Mobile Brigade (Mobrig) polisi yang saat ini menjadi Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri dibangun di halaman SDN Banyuarang 1 untuk mengenang aksi perjuangan pasukan Brimob pada era perang Kemerdekaan Republik Indonesia di Jombang.

Dari kejauhan, terlihat sosok patung berdiri tegak di halaman SDN Banyuarang 1 yang terletak di Dusun Plemahan, Desa Banyuarang, Kecamatan Ngoro. Patung prajurit berseragam polisi warna baju cokelat dan celana cokelat gelap ini kurang lebih setinggi dua meter. Terlihat di bagian kepala patung, memakai ikat kepala pita berwarna merah putih dan tangannya menggenggam senjata laras panjang.

Pada samping kiri patung terdapat tulisan pilar dari marmer selebar 0,5 meter berisikan pedoman hidup Polri Tri Brata. Tidak hanya itu, di bagian pondasi bawah patung yang berukuran selebar dua meter dan tinggi 1,5 meter, juga terdapat tulisan “Dharma Bhakti Angkatan Kepolisian Republik Indonesia, Komando Daerah X Djawa Timur, Kepada Rakjat Pelemahan Djombang Sebagai Kenang-kenangan Dalam Masa-Masa Perdjoangan Kemerdekaan”.

Di sekeliling pondasi patung, dilindungi bangunan pagar batako yang dicat warna merah dan kuning sebagai warna kebesaran korps Brimob. Monumen ini dibangun 1965 lalu. Kendati demikian, kondisi secara keseluruhan masih cukup terawat. Cat tampak masih bagus karena sering diperbarui.

Monumen ini didirikan bersamaan pembangunan SDN Banyuarang 1 sebagai bentuk terimakasih kepada warga Pelemahan.

Sekolah ini sebagai hadiah dari korps Mobrig untuk warga Plemahan karena pernah dijadikan markas Mobrig polisi dalam mengatur siasat menghadapi pasukan Belanda saat agresi militer Belanda ke-2 tahun 1948-1949.

Setelah perang kemerdekaan selesai, Mobrig memberikan dua pilihan kepada masyarakat, diberikan bangunan pasar atau sekolah. Pada saat itu, masyarakat lebih memilih pendirian sekolah untuk pendidikan anak cucu mereka.

Pada 1965 akhirnya sekolah dibangun dan satu tahun kemudian mulai ada aktivitas belajar mengajar. Pada tahun 2016 lalu sempat ada renovasi bangunan sekolah. Hanya saja, bentuk gedung tidak diubah sama sekali karena memang sudah menjadi kesepakatan dari tokoh masyarakat dan pemangku wilayah.

Jadi yang diubah hanya genting, tinggi bangunan dan menambah lantai saja. Sehingga, mulai jendela, pintu maupun atap tidak diubah sama sekali. Karena memang kayunya sangat bagus. Sehingga tetap kokoh dan masih bisa digunakan.

Cikal bakal pasukan Mobrig berawal dari kesatuan polisi istimewa yang sudah ada sejak Jepang, di bawah pimpinan Inspektur Polisi I Mohammad Jasin yang berkedudukan di Surabaya. Selain terlibat dalam pelucutan senjata pasukan Jepang yang kalah perang, mereka juga ikut berjuang dalam pertempuran Surabaya 1945.

Pada 14 November 1945, secara resmi korps Mobile Brigade (Mobrig) dibentuk oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Kemudian pada 14 November 1961, resmi menjadi Korps Brigade Mobil (Brimob) dengan baret biru dongker sebagai penanda. Saat ini korps Brimob dipimpin Inspektur Jenderal (bintang dua) dengan sebutan Komandan Korps Brimob.

Tak heran setiap bulan November, SDN Banyuarang 1 seringkali dijadikan tempat upacara personel Brimob.

Pada tahun 1947, seluruh kekuatan pasukan pejuang mundur dari Mojokerto ke Jombang. Termasuk beberapa batalyon TKR, Hizbullah, TRIP, TGP dan Mobrig. Setelah gagal membendung serangan pasukan Belanda pada agresi militer Belanda ke-2, pada 29 Desember 1948 kota Jombang dapat dikuasai musuh. Pasukan Mobrig polisi mundur ke selatan kota Jombang dan bermarkas di Dusun Plemahan Desa Banyuarang.

(Red/wijaya)

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button