Politik

Survei Y-Publica: Prabowo Menguat Menangkan Pilpres 2024, Elektabilitas PDIP Unggul Capai 30,3 %

BeritaNasional.ID Jakarta – Pemilu 2024 masih empat tahun lagi, namun peta politik sudah mulai ramai diperbincangkan. Berdasarkan hasil survei Y-Publica, PDIP diprediksi unggul dalam pemilihan legislatif. Jika pemilu digelar saat-saat sekarang, elektabilitas PDIP mencapai 30,3%, jauh di atas perolehan partai-partai politik yang lain.

“Tingginya elektabilitas PDIP tidak bisa dilepaskan dari posisi sebagai partai berkuasa pemenang Pemilu 2019 lalu. PDIP menjadi magnet bagi berbagai kekuatan politik untuk dapat masuk ke dalam lingkaran kekuasaan,” kata Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono di Jakarta, Rabu (4/3/2020).

Posisi berikutnya diduduki oleh Gerindra dengan elektabilitas 15,2% dan Golkar 10,3%. Menurut Rudi, rekonsiliasi antara kubu Jokowi dan Prabowo berdampak pada semakin mantapnya posisi Gerindra sebagai runner-up.

Posisi Golkar makin tergerus, tidak berhasil mengembalikan kejayaannya seperti pada pemilu-pemilu sebelumnya. Berturut-turut pada posisi papan tengah adalah PKS (6,4%), PKB (5,6%), Demokrat (3,5%), dan PPP (3,3%).

“Nasdem yang sebelumnya naik perolehan suaranya pada Pemilu 2019 turun jauh hanya tersisa 2,9%, bisa jadi mengingat ketegangan antara Nasdem dengan kubu Jokowi dan PDIP,” jelas Rudi.

Demikian pula dengan PAN yang anjlok elektabilitasnya menjadi tinggal 1,4%. Menurut Rudi, posisi PAN yang saat ini berada di luar pemerintahan ditambah dengan gonjang-ganjing kepemimpinan usai ricuh dalam kongres berkontribusi negatif bagi elektabilitas parpol besutan Amien Rais tersebut.

Sebaliknya dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang menikmati kenaikan elektabilitas menjadi 2,7%.

“Meskipun PSI kecil dan saat ini tidak memiliki wakil di Senayan, tetapi keberhasilan PSI merebut sejumlah kursi di tingkat DPRD khususnya DKI Jakarta berdampak signifikan dan memberi peluang PSI untuk lolos melewati ambang batas parlemen,” lanjut Rudi.

Menurut Rudi, posisi PSI yang kuat mendukung Jokowi dan kritik keras yang dilancarkan anggota legislatif PSI terhadap Gubernur DKI Anies Baswedan mendongkrak elektabilitas PSI. Jika PSI tetap konsisten, kata dia, tidak tertutup kemungkinan PSI menjadi besar.

“Dengan memperhitungkan margin of error survei, PSI masih bisa menembus electoral threshold, bahkan kalaupun dinaikkan 1%,” ungkapnya.

Partai-partai politik lain masih harus berjuang untuk dapat lolos parliamantary threshold. Berturut-turut elektabilitas Hanura sebesar 0,9%, Perindo 0,7%, Berkarya 0,4%, Garuda 0,2%, PBB 0,1%, dan PKPI 0,1%. Sisanya tidak tahu/tidak menjawab 16,2%. “Jika tidak ada peningkatan performa, mereka dikhawatirkan tidak akan bertahan dalam peta politik,” tegas Rudi.

Sementara itu peta pemilihan calon presiden tampaknya tidak linear dengan pemilihan legislatif. Meskipun PDIP unggul, tetapi tokoh-tokoh yang berpeluang maju dalam Pilpres masih rendah elektabilitasnya.

“Stok kader PDIP memang cukup berlimpah, sebut saja Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, dan Puan Maharani yang masuk dalam 10 besar pilihan masyarakat,” papar Rudi.

Tetapi masih jauh di bawah Prabowo Subianto (23,7%), Anies Baswedan (14,7%), dan Sandiaga Uno (10,3%). Elektabilitas kader PDIP paling tinggi Ganjar (8,0%), Risma (3,6&), dan Puan (1,1%). Selain itu masih ada Ridwan Kamil (4,9%), Erick Thohir (4,1%), Mahfud MD (2,9%), dan Agus Harimurti Yudhoyono (1,6%).

“Rata-rata mereka diuntungkan dengan posisi saat ini menjabat di kekuasaan, baik menteri maupun gubernur/wal ikota,” kata Rudi. Sandi dan AHY yang masih menuai investasi elektoral harus meraih jabatan serupa jika ingin tetap bertahan,” ujar Rudi.

Tokoh lainnya masih rendah elektabilitasnya di bawah 1%, sedangkan sisanya tidak tahu/tidak menjawab 17,6%. Dengan elektabilitas yang masih sangat tinggi, Prabowo berpeluang untuk dicalonkan kembali pada Pilpres 2024.

“Jika disimulasikan, pasangan Prabowo-Anies unggul jauh dengan dukungan publik mencapai 35,4%, sedangkan Prabowo-Puan yang mencerminkan keterwakilan PDIP hanya didukung sebesar 11,8%,” terang Rudi.

Pasangan Prabowo-Puan bahkan masih kalah dari Prabowo-Sandi yang sebelumnya bertarung dalam Pilpres 2019 dengan tingkat dukungan mencapai 23,3%. “Ini menjadi tantangan serius bagi PDIP, mengingat kemungkinan Prabowo-Anies menjadi pasangan yang paling kuat dan tidak terkalahkan saat ini,” kata Rudi.

Jika Prabowo tidak maju pada 2024, Anies berpeluang menjadi capres yang diunggulkan. Pasangan nostalgia Pilkada DKI 2017 Anies-Sandi paling favorit dengan dukungan 28,8%, disusul Anies-RK (21,0%), dan Anies-AHY (9,8%). Alternatif lainnya adalah Sandi-RK (31,3%), Sandi-Erick (27,6%), dan Sandi-AHY (30,3%).

Simulasi lain dilakukan terhadap RK, dengan pasangan RK-Ganjar (22,3%), RK-Erick (14,8%), dan RK-AHY (9,3%). Lalu Ganjar-Sandi (20,3%), Ganjar-Erick (16,8%), dan Ganjar-RK (11,8%).

“Nama Puan tidak muncul dalam simulasi pilpres tanpa Prabowo, menunjukkan rendahnya dukungan terhadap penerus dinasti politik PDIP,” pungkas Rudi.

Sebagai catatan, keseluruhan sebanyak 25 tokoh yang ditanyakan kepada responden sebagai capres. Dalam simulasi capres-cawapres, dipilih 5 nama sebagai capres unggulan berdasarkan opini yang berkembang pasca-Pemilu 2019. Masing-masing dipasangkan dengan sisa nama yang tersedia, menghasilkan 3 pasangan paling unggul dan sebagian sisanya tidak tahu/tidak menjawab.

Y-Publica melakukan survei nasional yang dilakukan pada 11-20 Februari 2020, dengan jumlah responden 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Metode survei menggunakan multistage random sampling (acak bertingkat) di setiap dapil dengan margin of error ±2,89%, dan pada tingkat kepercayaan 95%. (DKI/1) 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button