Daerah

DEBU TEBAL DI BANGKU SEKOLAH ANAK KITA

Artikel ini didasari rasa keprihatinan yang mendalam dibarengi kekhawatiran yang teramat sangat pada mental spiritual anak didik masa kini sejak berlakunya larangan masuk sekolah. Jika pandemi Covid-19 memang benar-benar telah mengharuskan semuanya dibatasi bahkan dilarang, dengan adanya pembatalan jamaah haji Indonesia, Sekolah-sekolah libur panjang, tetapi pasar-pasar masih tetap berjubel apalagi agenda Pemilukada tetap diberlangsungkan, maka tidaklah berlebihan apabila kekhawatiran ini menjadi semakin memuncak saat menyaksikan anak-anak kian liar serta jauh dari jangkauan proses pembelajaran (utamanya di sekolah-sekolah). Satu kaidah yang mestinya menjadi pegangan kita bersama bahwa Pendidikan / tarbiyah adalah perjumpaan / tatap muka antara Pendidik dengan yang di didik, antara guru dengan siswa. Metode pengajaran secara on line dengan hand phone sebagai kitab suci dan sarana utama telah menjadikan anak-anak makin larut dalam ruang gerak lost control. Aplikasi dan fasilitasi mutakhir pada android yang ada dalam genggaman anak-anak kita sama sekali tidak menjamin ketenangan para orang tua. Para orang tua (dan para guru) zaman ini telah mengalami hidup dalam kesangsian luar biasa atas akhlaq generasi muda yang ancik-ancik pucuke eri, rawan tergelincir serta terjerumus dekadensi moral. Tidak kurang seorang Wilson Lalengke – Ketum PPWI, sudah wanti-wanti memberikan warning akan bahayanya informasi menyesatkan di media sosial (medsos) dengan banyaknya gambar atau video editan, berita hoax dan lain-lain. Saat ini anak-anak kita berada dalam kubangan dengan lumpur yang akan sulit dibersihkan jika tidak segera ada langkah tegas dan jelas. Maka bersegeralah, terbitkan regulasi secara khusus untuk dunia pendidikan, buka kembali proses belajar mengajar di sekolah-sekolah dengan tata cara apapun itu (dengan sistem shif atau kelas separoh atau nomor absen ganjil genap) dengan tetap ngugemi Standard Operasional Protokoler.

Jujur, tidak ada kekhawatiran melebihi rawannya akhlaq anak-anak kita di masa depan. Bukan soal ekonomi, atau anggaran-anggaran lenggang kangkung Covid-19, tidak juga soal tetek bengek politik dengan segala produk argumentatif-nya. Jangan sampai para orang tua (dan para guru) menyesal dikemudian hari. Dan jangan pula bangga dengan maraknya webinar-webinar. Sudah saatnya debu di bangku sekolah anak-anak kita mulai dibersihkan dari segala macam virus dekadensi moral, dan kelak generasi penerus bangsa ini akan menjadi kebanggan kita bersama.

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button