Opini

The Life On The Way (Menemukan Diri Dalam Perjalanan)

OLEH:YENI SUDARMAJI

“Do not follow where the path may lead. Go instead where is no path and leave a trail”

Perjalanan hidup seorang manusia baru akan dimulai ketika ia sudah lepas dari ketergantungan kedua orang tua. Orang tua telah mengajarkan kita banyak hal sebelum akhirnya kita siap menapaki kehidupan yang nyata. Orang tua telah mengantarkan kita ditengah jalan dan separuh jalan lagi adalah kesanggupan kita dalam menghadapinya.

Tuhan telah menyiapkan separuh jalan untuk kita lalui. Tinggal bagamaimana caranya untuk mencapai tujuan akhir. Manusia dibekali akal untuk berfikir dan hati untuk merasakan. Dalam petualang hidup, tuhan telah menyediakan banyak hal. Jika takut berjalan sendiri, ada orang-orang disekeliling yang sudah disiapkan untuk membantu kita.

Bagiku hidup dimulai ketika kita paham, untuk apa kita dilahirkan. Seperti sebuah perjalanan panjang menuju satu keabadian. Perjalanan yang tak akan pernah sanggup kita lalui sendirian. Melangkah sunyi, ditengah keramaian, perasaan terasing dalam sebuah pesta pora yang berujung huru hara. Sungguh, betapa sepinya hidup tanpa kehadiran peran-peran lain yang mewarnai setiap langkah hari demi hari.

Bagiku hidup bagaikan sebuah persinggahan dalam menjalani suatu perjalanan. Terkadang kita berhenti sejenak melepas lelah, menatap sekitar, menyaksikan polah tingkah orang-orang yang sama sekali tak kita kenal. Mempelajari sebuah rasa, sedih,marah, kecewa, tangis, bahagia, senyum, hampa dan kosong.

Kita melangkahkan kaki setapak demi setapak, perlahan menjejak. Dalam perjalanan yang terkadang berbatu, terkadang mendaki dan terjal, menurun, tandus, penuh bunga. Bagaikan sebuah pentas drama raksasa yang penuh aktor menyelami perannya masing-masing. Dengan skenario diselembar kertas lusuh terlekat erat ditangan.

Terkadang kita tidak menyadari bahwa hidup hanyalah sebuah perjalanan yang suatu saat akan berakhir. Banyak pula yang tidak menyadari bahwa angka-angka yang disebut dengan usia akan terus bertambah, terus mengejar dan menghantui kita. Tanpa disadari, “Apa yang sudah kita lakukan dari sekian banyak waktu yang telah berlalu”.

Disatu sisi kita punya dunia yang begitu menggoda dengan segala pesonanya. Kita mengejar dunia dan menumpuk harta, menumpuk benda-benda yang kita sukai untuk dijadikan koleksi. Dan begitulah seterusnya, memoles, mengelapnya dan sesekali memandikannya dengan tujuan agar benda itu tidak rusak dan turun nilai jualnya.

Belum merasa hebat kalau belum ada orang yang memuji kita, dan begitulah manusia dengan segala ego dan keangkuhannya. Tidak pernah merasa puas dengan apa yang dimiliki, padahal orang lain belum tentu memiliki apa yang kita miliki. Selalu sibuk dengan benda-benda yang suatu saat kita tinggalkan, tetapi lupa menghiasi jiwa yang begitu rapuh. Selalu sibuk memoles dunia, tetapi lupa dengan keabadian akhirat.

Kemewahan dunia membuat kita lupa dengan tujuan hidup kita yang sesungguhnya. Kemewahan dunia telah membuat kita buta dengan sekeliling kita. Menganggap akhirat itu fana dan dunia itu abadi. Menganggap akhirat tidak ada dan dunialah yang tampak begitu nyata. Bermaksud memperkaya diri dengan segala kemewahan agar orang lain memandang kita, tanpa sedikitpun memberi manfaat kepada orang lain.

Apakah itu tujuan hidup? Tentu saja Tidak!!

Sungguh nista dan rapuhnya hidup ini jika mengartikannya hanya sebatas dunia saja. Betapa tidak menariknya dunia ini jika yang ada dipikiran kita hanya kemewahan belaka, tanpa memikirkan nasib orang disekeliling kita yang berada sangat jauh dibawah kita, mungkin dari segi ekonomi. Jika hidup adalah perjalanan, maka yang kita butuhkan adalah sebuah kendaraan yang tangguh dan gesit untuk berjuang agar sesegara mungkin mencapai tujuan.

Jika hidup adalah perjuangan, maka berjuanglah untuk orang-orang yang kita sayangi, kita cintai, serta mereka yang kita kasihi. Dengan memperjuangkan merekalah, kemenangan hidup yang sebenarnya dapat diraih. Tanpa disadari, merekalah sebenarnya kendaraan yang kita pakai untuk mengarungi kehidupan. Renungkanlah!!! Bahwa hidup bukan untuk dunia saja, tetapi keabadian akhiratlah sebagai tujuan akhirnya.

Makna hidup ada disepanjang jalan yang telah kita lalui, dari apa yang kita dapatkan sampai dengan apa yang harus kita tinggalkan. Perjalanan hidup telah membawa kita ke banyak tempat dan pada akhirnya kita pun tahu, bahwa hidup telah mengajarkan tentang banyak hal. Dari apa yang tidak kita tahu, tidak paham, tidak mengerti menjadi semakin terang benderang. Untuk itu nikmati saja alurnya dan tetap bersyukur terhadap apa yang kita miliki.

Sementara saat kita dalam perjalanan menuju keabadian hanya amal kita yang bisa menolong kita. Baik perjalanan di dunia maupun menuju keabadian keduanya perlu persiapan yang matang baik lahir maupun batin.

Semoga perjalanan yang kita tempuh tiba di tempat dengan selamat penuh kebahagiaan, dan ingatlah bahwa kebahagiaan adalah tentang perjalanan, bukan tujuan perjalanan.

Salam!!!

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button