CitizenOpiniRagam

Peran Masyarakat Meningkatkan Eksistensi Bahasa Indonesia Di Era Globalisasi

Oleh : Andini Dwi Putri*)

Bahasa timbul sebagai sarana komunikasi yang digunakan oleh masyarakat untuk pengekspresian diri. Masyarakat mempunyai bahasa kesatuan yang berbeda-beda di setiap negaranya. bahasa menjadi medium efektif untuk mereka aplikasikan ke dalam hubungan sosial. Begitu pula dengan Indonesia, yang menjadikan bsahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Dalam UU No. 24 tahun 2009 Bab III Pasal 25 ayat 2, menjelaskan bahwa bahasa Indonesia yang telah diikrarkan berfungsi sebagai jati diri bangsa, kebanggaan nasional, sarana pemersatu berbagai suku bangsa, serta komunikasi antardaerah dan antarbudaya daerah. bahasa Indonesia telah resmi ditetapkan sebagai bahasa nasional yang menjadi identitas negara Indonesia dari berbagai daerah yang ada di NKRI. Hal ini kemudian didukung kembali pada Pasal 25 ayat 3, yaitu bahasa Indonesia berfungsi sebagai sarana pengembangan dan pemanfaatan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan bahasa media massa. bahasa Indonesia memegang peranan primer untuk setiap aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat. Sehingga, dapat dikatakan bahasa Indonesia merupakan fondasi untuk masyarakat sebagai penggerak aspek interaksi.

Pada awalnya, bahasa Indonesia telah mampu dipersatukan sebagai bahasa sehari-hari masyarakat Indonesia. Namun, makin tinggi era masyarakat, maka makin tinggi juga arus globalisasi yaitu meningkatnya perkembangan digital yang ada di Indonesia. Pemakaian bahasa Indonesia membutuhkan suatu kepatuhan yang tinggi terlebih lagi dalam kondisi yang serba digital. Saat ini, era digital mampu bersaing dan mampu menggeser jati diri Indonesia. Hal ini dibuktikan dari banyaknya aplikasi yang ada pada era ini. Contohnya, ketika masyarakat ingin menggunakan sebuah aplikasi pembelajaan, tak heran jika di aplikasi tersebut terdapat selipan kosakata bahasa asing yang sekarang lebih digemari pengucapannya oleh masyarakat. Hal ini diyakini karena masyarakat merasa terlihat modern jika menggunakan kosakata tersebut. Jika dilihat dari sisi lain, meningkatnya era digital ini juga berfungsi sebagai kemajuan negara Indonesia. Namun, masyarakat Indonesia salah tafsir sehingga berujung menghilangkan jati diri nasional terutama bahasa Indonesia.

Generasi milenial yang didukung oleh tingginya era digital makin berlomba-lomba mengikuti hal yang sedang terkenal terlebih lagi dalam penggunaan bahasa asing. Informasi yang didapat mampu meraup jangkauan yang luas dan tanpa batas. Teknologi makin diperuntukan oleh generasi milenial sebagai suatu kebutuhan khusus untuk kehidupannya. Bahasa Indonesia yang kerap digolongkan sebagai salah satu fondasi, kini kian merapuh. Satu masyarakat akan menjadikan cerminan ke masyarakat lainnya, begitu pula dengan pemakaian bahasa yang kian meniru satu sama lain.

Bahasa Indonesia yang kini eksistensinya terancam, dan membutuhkan pertolongan khusus dari masyarakat. Eksistensi yang dimaksud adalah keberadaan bahasa Indonesia di negara kepemilikan. Bahasa Indonesia perlu dirawat agar terus tumbuh dan juga berkembang pesat demi majunya suatu negara. Merawat bahasa dapat dimulai dengan cara sederhana yang bisa dimulai dari dalam diri lalu dilanjutkan berdasarkan 3 peran, yaitu:

Pertama, masyarakat Indonesia khususnya generasi sekarang berperan sebagai perencanaan. Proses perencanaan di sini adalah sebagai pemulai dari agen perubahan untuk meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia. Proses perencanaan ini didukung oleh teori Alder, yang mengatakan perencanaan merupakan sebuah proses untuk menetapkan suatu tujuan dan tahapan yang dibutuhkan. Masyarakat bisa mulai merencanakan sebuah program peningkatan kebahasaan seperti berkunjung ke daerah tertentu untuk melihat perkembangan dan kondisi bahasa Indonesia.

Dalam interaksi sosial, masyarakat melakukan tindak tutur yang disesuaikan oleh konteksnya, baik tindak tutur langsung maupun tidak langsung. Namun, sering kali masyarakat mengeluh ketika mendengarkan apa yang diucapkan oleh lawan tutur karena terdengar asing di telinga mereka. Bahkan, anak-anak pun sekarang terlihat tidak patuh dalam penggunaan bahasa Indonesia. Anak-anak saat ini sering kali menggunakan bahasa tidak pantas yang dia ketahui dari pemakaian digital mereka. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi masyarakat yang telah patuh akan pemakaian Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Kedua, generasi sekarang mampu berperan sebagai Fasilitator. Fasilitator berperan sebagai memfasilitasi pemberian bekal dengan menerapkan apa yang telah direncanakan. Untuk era digital ini, masyarakat bisa menjadi fasilitator dalam bentuk kampanye atau taklimat. Kampanye ini didukung oleh teori Rogers dan Storey yang mengatakan kampanye sebagai bentuk tindakan komunikasi yang bertujuan untuk memberikan efek tertentu. Mengingat keadaan yang serba digital, maka kampanye atau taklimat dapat dibuat berbasis dalam jaringan. Ketika bahasa Indonesia kini kian dipertanyakan eksistensinya, maka masyarakat dapat membuat kampanye bertemakan pentingnya Bahasa Indonesia sesuai dengan kaidah penerapannya. Dengan berkampanye bersama generasi sekarang, maka masyarakat akan mudah mendapatkan energi positif setelah mendengarkan penebaran informasi, sekaligus masyarakat akan membantu negara untuk meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia. Selain itu, masyarakat juga berperan menjadi agen sosialisasi yang bisa terjun langsung untuk mengadakan penyuluhan. Sosialisasi ini bermanfaat agar masyarakat lebih mengerti lagi pentingnya penggunaan bahasa Indonesia di dalam kehidupan bermasyarakat.

Ketiga, masyarakat generasi saat ini berperan sebagai Juru Taksir. Setelah proses dari peran perencanaan dan juga fasilitator, Juru Taksir juga akan menilai bagaimana perkembangan bahasa Indonesia di wilayah tertentu. Masyarakat mampu berperan sebagai Juru Taksir karena terlibat langsung ke dalam bentuk tanggung jawab dari perkembangan bahasa Indonesia. Mereka mampu menilai berdasarkan hasil dari rencana yang sudah diterapkan. Suatu daerah memiliki bahasa Indonesia dengan eksistensi yang berbeda, maka dari itu peran Juru Taksir dipergunakan sebagai evaluasi terhadap kinerja dan juga perkembangan bahasa Indonesia. Evaluasi ini berfungsi sebagai salah satu bentuk hasil dari rencana terhadap perkembangan bahasa Indonesia. Masyarakat dapat melalukan evaluasi dengan mengadakan pertemuan untuk meningkatkan mutu program yang sedang dilaksanakan sekaligus menelaah hasil dari rencana yang telah diterapkan. Dari peran Juru Taksir, masyarakat generasi saat ini akan melihat apakah peran yang mereka terapkan memiliki pengaruh yang tinggi untuk meningkatkan eksistensi bahasa Indonesia di wilayahnya.

Dengan patuh terhadap penggunaan bahasa Indonesia, masyarakat akan terbiasa untuk menjaga fondasi kokoh dari bahasa nasionalisme. Eksistensi bahasa Indonesia kian meningkat, jika masyarakat sadar akan pentingnya bahasa Indonesia yang merupakan hal mendasar dalam kehidupan bersosial untuk menunjukkan identitas diri sebagai Warga Negara Indonesia yang memiliki semangat tinggi dalam hal kontribusi untuk meningkatnya eksistensi bahasa Indonesia. Masyarakat akan semakin paham dengan interaksi sosial ketika mereka paham akan penggunaan bahasa Indonesia yang baik.

Sebagai alat komunikasi yang diperuntukan masyarakat demi mempersatukan bangsa, bahasa Indonesia perlu untuk dijaga agar terus berkembang dan tidak tergeser. Hal ini dapat dilakukan dalam diri sendiri dulu, yaitu dengan sadar bahwa bahasa Indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa persatuan untuk diterapkan kedalam aspek sosial bermasyarakat.

 

*) Penulis adalah Mahasiswi pada Program studi Sastra Indonesia – Universitas Pamulang 

Lihat Selengkapnya

Related Articles

Back to top button